Jakarta, 14 Mei 2025
Pasar kripto menunjukkan optimisme baru seiring meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara sepakat menurunkan tarif perdagangan secara sementara selama 90 hari, dengan total pemangkasan mencapai 115%. AS memangkas tarif dari 145% menjadi 30%, sedangkan China menurunkan bea masuk dari 125% menjadi 10%. Kesepakatan ini diumumkan dalam pernyataan bersama usai perundingan di Swiss.
Sentimen positif ini langsung mendorong kenaikan impulsif pada aset kripto. Bitcoin (BTC) naik signifikan 8,27% pada Senin, 12 Mei 2025, sempat menyentuh USD 105.800, tertinggi dalam hampir empat bulan, sebelum terkoreksi ke USD 102.827. Sementara itu, Ethereum (ETH) melesat lebih tajam, mencatat kenaikan 35,86% dalam sepekan, dipicu oleh keberhasilan Upgrade Pectra, dan sempat menyentuh USD 2.600 sebelum terkoreksi ke USD 2.465.
Analis dari Ajaib, Panji Yudha, menilai meredanya ketegangan global memberi ruang bagi reli kripto, namun investor tetap harus waspada terhadap aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek.
“Momentum bullish berpotensi berlanjut apabila BTC mampu bertahan di atas MA-20 (USD 97.645) dan support psikologis USD 100.000,” jelas Panji dalam pernyataan resmi.
Panji juga mencatat, meskipun minat terhadap produk ETF spot Bitcoin di AS sedikit melemah, aliran dana dari institusi masih cukup kuat. Pada periode 5–9 Mei 2025, total dana masuk ke ETF Bitcoin AS tercatat sebesar USD 599 juta, turun dari pekan sebelumnya yang mencapai USD 1,81 miliar, namun masih menunjukkan akumulasi yang stabil. Sebelumnya, pada akhir April, arus masuk dana ke ETF sempat melonjak hingga USD 3 miliar.
“Pelemahan inflow saat ini berpotensi menjadi fase konsolidasi sebelum gelombang akumulasi berikutnya oleh institusi,” imbuhnya.
Saat ini, perhatian pelaku pasar beralih ke rilis data inflasi AS, khususnya Indeks Harga Konsumen (CPI) April yang dijadwalkan pada 13 Mei 2025. Proyeksi menunjukkan CPI tahunan turun ke 2,3%, yang jika tercapai akan memperkuat narasi bahwa inflasi AS terus melandai dan membuka kemungkinan pelonggaran kebijakan suku bunga.
CPI Maret sebelumnya mencatat penurunan ke 2,4% dari 2,8% di Februari, lebih rendah dari ekspektasi 2,5%. Jika data April kembali menunjukkan penurunan, maka ini akan menjadi kejutan positif ketiga berturut-turut.
“Penurunan inflasi berpotensi menjadi katalis bagi kelanjutan tren naik Bitcoin dan kripto lainnya. Namun, jika CPI justru naik di atas ekspektasi, itu bisa memicu penguatan dolar AS dan tekanan jual pada aset berisiko,” pungkas Panji.