Meski Bitcoin (BTC) baru saja mencetak rekor harga tertinggi baru di US$ 111.545, data dari Glassnode menunjukkan bahwa investor tidak banyak menjual untuk mengambil untung. Saat harga tertinggi tercapai di bulan Mei ini, hanya sekitar US$ 1 miliar Bitcoin yang dijual untuk profit, jauh lebih sedikit dibandingkan US$ 2 miliar saat rekor sebelumnya pada Desember 2024.
Ada perubahan besar dalam distribusi umum koin Bitcoin. Saat ini, 76,9 persen dari Bitcoin beredar berusia kurang dari satu bulan, naik tajam dari 44,6 persen pada Desember lalu. Sebaliknya, koin yang tidak dipindahkan selama lebih dari enam bulan justru ke US$ 13,4 persen dari sebelumnya 24,7 persen.
Menurut analis kripto Michael van de Popee, ketika Bitcoin menembus angka US$ 100.000, banyak investor merasa ‘terlambat masuk’ dan mulai mencari peluang di tempat lain, yakni altcoin.
Pergerakan ini dapat menggeser dominasi pasar dari Bitcoin ke altcoin. Dengan BTC mencetak rekor baru, namun aksi jual minim, fokus investor bisa segera berpindah terutama bagi mereka yang ingin mengejar pertumbuhan besar berikutnya.
Kendati demikian, para investor juga masih mewaspadai adanya koreksi. Hal ini lantaran sudah menjadi siklus, saat aset mencapai harga tertinggi baru, maka penurunan yang diakibatkan aksi ambil untung tidak bisa dihindari. Jika take profit ini terjadi dan tren beralih, maka BTC harus bersiap untuk kemungkinan terburuk, bahkan di bawah US$ 100.000.