Seorang ekonom terkemuka telah menyatakan dimulainya rezim inflasi jangka panjang baru, yang mungkin menjadi yang paling signifikan dalam tiga dekade terakhir. Transisi struktural ini dapat berdampak besar pada ekonomi global dan pasar keuangan.
Periode kenaikan inflasi telah menguntungkan Bitcoin (BTC), karena kelangkaan dan daya tarik spekulatifnya cenderung meningkatkan permintaan.
Bisakah Inflasi yang Meningkat Memicu Reli Bitcoin Berikutnya?
Henrik Zeberg, Kepala Ekonom Makro di Swissblock, baru-baru ini membagikan pandangan selama satu abad tentang yield obligasi 10 tahun pemerintah AS. Grafiknya mengkategorikan fase ekonomi historis menjadi rezim inflasi dan deflasi.
Grafik tersebut menyoroti pola “rounding bottom” dalam yield obligasi sebagai pendahulu inflasi yang meningkat, yang sudah muncul.
Analisis Zeberg menunjukkan bahwa sebelum pergerakan naik yang berkelanjutan dalam yield, mungkin akan ada penurunan deflasi pada tahun 2025. Ini, pada gilirannya, akan mendorong respons kebijakan yang kuat dari Federal Reserve. Titik balik ini akan memicu pasar bull sekuler baru.
Sementara itu, analis kripto Michaël van de Poppe juga menekankan bahwa pasar obligasi yang runtuh dapat memaksa bank sentral untuk mencetak lebih banyak uang. Ini pada akhirnya dapat menyebabkan gelembung utang meledak dan periode deflasi berikutnya. Dalam postingan X baru-baru ini, dia menguraikan strategi untuk menghadapi ini.
Dia merekomendasikan kemudian mengalihkan keuntungan tersebut ke aset yang lebih aman seperti komoditas, Bitcoin (sebagai penyimpan nilai), dan uang tunai menjelang perkiraan keruntuhan pasar sebelum akhirnya beralih kembali ke aset berisiko selama pemulihan. Van de Poppe menggambarkan strategi siklus ini sebagai “mungkin rencana terbaik” untuk menghadapi gejolak ekonomi yang akan datang.
Seiring ekonomi global bersiap menghadapi kemungkinan rezim inflasi, peran Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga terus mendapatkan perhatian. Geoff Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered, juga menyoroti tren yang berkembang ini sebelumnya.
Pentingnya, prospek inflasi sudah mulai mempengaruhi pasar keuangan, terutama Bitcoin. Mata uang kripto terbesar ini baru-baru ini melonjak ke rekor tertinggi baru, melampaui US$110.900.
Ryan Lee, Kepala Analis di Bitget Research, mengaitkan reli ini dengan beberapa faktor. Ini termasuk adopsi institusional, kejelasan regulasi yang meningkat, dan kekurangan pasokan pasca-halving.
Namun, dia memperingatkan bahwa reli tajam Bitcoin sering kali mendahului koreksi, dengan mengutip potensi risiko seperti penguatan dolar AS atau ketegangan geopolitik.