Keputusan Presiden Donald Trump untuk menunda tarif 50 persen terhadap impor dari Uni Eropa hingga 9 Juli memberi angin segar bagi pasar global. Indeks saham Eropa mencatat kenaikan, mencerminkan pelepasan ketegangan jangka pendek. Namun, Bitcoin (BTC) gagal memanfaatkan momentum tersebut, terkoreksi dari atas US$ 110.000 dan kini berada di level harga US$ 108.000, hanya 2,6 persen di bawah rekor tertinggi US$ 111.957.
Meskipun gagal menembus rekor baru, struktur pasar BTC tetap solid. Minat institusional terus menguat, dan data derivatif mendukung sentimen bullish.
Melansir dari cointelegraph.com, pada 26 Mei premium futures BTC naik dari 6,5 persen menjadi 8 persen, tetap dalam zona netral (5-10 persen). Sebagai perbandingan, saat BTC menembus US$ 100.000 pada Desember 2024, futures premium mencapai 20 persen, level yang lebih mengkhawatirkan untuk potensi overheating.
Pasar opsi juga menunjukkan optimisme. Skew Delta opsi Bitcoin turun ke -6 persen, yang mengindikasikan diskon pada put options (jual), tanda pasar masih dominan bullish. Semakin mendekati nol, skew mencerminkan keseimbangan antara minat beli dan jual.
Kegagalan BTC menembus ATH kemungkinan juga dipengaruhi oleh fokus pasar terhadap laporan keuangan Nvidia (NVDA) pada 28 Mei mendatang, yang berpotensi menjadi pemicu resiko lebih besar atau dorongan baru bagi aset beresiko seperti Bitcoin.
Investor juga menantikan data manufaktur Richmond Fed (28 Mei) dan data inflasi PCE (30 Mei), dua indikator penting yang dapat menentukan arah pasar dalam jangka pendek, terutama mengingat penurunan 5,1 persen pada aplikasi hipotek pekan lalu, yang menandai pendinginan ekonomi Amerika.