
BlackRock, manajer aset terbesar dunia, mengungkapkan kekhawatiran serius terkait potensi ancaman komputasi kuantum terhadap keamanan Bitcoin di masa depan. Dalam dokumen iShares Bitcoin Trust (IBIT) yang diajukan ke Securities and Exchange Commission (SEC) pada Mei 2025, BlackRock menambahkan peringatan bahwa kemajuan teknologi kuantum dapat membobol sistem kriptografi yang selama ini mengamankan Bitcoin dan infrastruktur digital global.
Dokumen tersebut menyoroti risiko nyata bahwa komputer kuantum, dengan kemampuannya memproses jutaan kemungkinan secara paralel, dapat mengungkap kunci pribadi pengguna Bitcoin dari alamat publik saat transaksi berlangsung. Hal ini berpotensi memungkinkan pembajakan aset digital secara real-time.
Meski teknologi ini diperkirakan baru akan mengancam dalam 10–20 tahun mendatang, sekitar 25% Bitcoin tersimpan di dompet lama yang rentan, meningkatkan risiko apabila “Q-Day” (hari komputer kuantum memecah kriptografi Bitcoin) tiba lebih cepat dari prediksi.
Beberapa proyek blockchain telah mulai mengantisipasi ancaman ini. Algorand mengintegrasikan algoritma tanda tangan tahan-kuantum Falcon, sementara Quantum Resistant Ledger (QRL) menggunakan skema tanda tangan berbasis hash sejak awal. Sementara itu, National Institute of Standards and Technology (NIST) AS telah merilis standar kriptografi tahan-kuantum guna memperkuat keamanan digital global.
Namun, perubahan protokol Bitcoin untuk mengadopsi kriptografi baru tidak mudah dan memerlukan konsensus luas serta hard fork, yang sangat kompleks. BlackRock menegaskan pentingnya kesiapan industri dan regulasi yang mendukung agar transisi ke dunia pasca-kuantum bisa berjalan efektif, mempercepat inovasi, dan menjaga keamanan aset digital.
Langkah BlackRock ini menandakan bahwa para pemain institusi kini mulai serius memandang ancaman komputasi kuantum bukan sebagai risiko hipotetis, melainkan tantangan nyata yang harus segera diantisipasi demi masa depan Bitcoin dan ekosistem aset digital secara keseluruhan.