Per Mei 2025, sekitar 19,6 juta Bitcoin telah berhasil ditambang, mewakili 93,3% dari total pasokan maksimum 21 juta BTC. Sisanya, sekitar 1,4 juta BTC, diperkirakan akan ditambang secara perlahan hingga lebih dari satu abad mendatang, menurut laporan Coin Telegraph.
Lambatnya sisa penerbitan ini disebabkan oleh mekanisme halving, yang memotong separuh hadiah blok setiap 210.000 blok (sekitar empat tahun). Saat Bitcoin diluncurkan pada 2009, hadiah blok sebesar 50 BTC, namun kini jauh lebih kecil karena serangkaian halving.
Perkiraan saat ini menunjukkan 99% total BTC akan ditambang pada 2035, tetapi penting dicatat bahwa tidak semua Bitcoin yang telah ditambang tersedia untuk beredar. Diperkirakan antara 3 juta hingga 3,8 juta BTC telah hilang secara permanen akibat akses yang tak bisa dipulihkan, termasuk lebih dari 1,1 juta BTC yang diduga milik pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto.
Hal ini berarti jumlah Bitcoin yang benar-benar beredar mungkin hanya sekitar 16 hingga 17 juta BTC.
Meski banyak pihak khawatir soal keamanan jaringan seiring menyusutnya hadiah blok, mekanisme Bitcoin terbukti tangguh dan adaptif. Sistem penyesuaian kesulitan setiap 2.016 blok memastikan jaringan tetap berjalan stabil, meskipun penambang keluar akibat ketidakuntungan ekonomi.
Contoh nyata terjadi saat Tiongkok melarang penambangan pada 2021, yang menyebabkan penurunan hashrate global lebih dari 50%. Namun, jaringan Bitcoin tetap berfungsi normal, dan hashrate pulih beberapa bulan kemudian.
Kesimpulannya, penurunan imbalan blok bukan ancaman besar bagi keamanan Bitcoin, selama harga pasar tetap mendukung biaya operasional penambang. Mekanisme ini menjamin keberlanjutan dan keamanan jaringan dalam jangka panjang.