
GoldPro Token (GPRO), yang awalnya diperkenalkan sebagai “emas digital” berbasis blockchain di jaringan Polygon, kini menunjukkan performa yang jauh menurun dan kalah stabil dibandingkan emas fisik.
Diluncurkan dengan suplai maksimum 200 juta token, GPRO hanya memiliki sekitar 4,6 juta token yang beredar hingga pertengahan 2025. Harga GPRO saat ini tercatat Rp506.107 per token (per 1 Juni 2025), turun lebih dari 65% dari harga puncak sekitar Rp1,4 juta saat peluncuran. Volume perdagangan harian juga menurun drastis menjadi sekitar Rp360 juta, mencerminkan menurunnya minat pasar.
Meski klaimnya sebagai aset digital yang bisa digunakan dalam ekosistem internal GoldPro, hingga kini belum ada penjelasan teknis mendalam atau pembaruan roadmap pengembangan. Aktivitas komunitas dan media sosial juga terkesan minim.
Sebagai pembanding, harga emas fisik 1 gram saat ini berada di level Rp1.909.763 (data Antam per 2 Juni 2025), lebih stabil dan bahkan mengalami kenaikan. Artinya, 1 gram emas fisik setara dengan hampir 4 token GPRO, yang nilai dan likuiditasnya jauh lebih fluktuatif.
Analis menilai GPRO masih berstatus sebagai token eksperimental dengan branding “emas digital” yang belum mampu menandingi kestabilan dan reputasi emas fisik sebagai safe haven. Beberapa risiko seperti minimnya pengembangan dan likuiditas yang rendah perlu menjadi perhatian calon investor.
Meski begitu, bagi mereka yang tertarik dengan inovasi aset kripto berbasis emas, GPRO masih layak dipantau, tentunya dengan strategi investasi yang hati-hati dan bijak.