Bitcoin Melejit Tembus US$ 97.000, Sinyal Kuat Menuju Rekor Tertinggi Baru
Bitcoin, aset kripto terbesar di dunia, mencatatkan reli impresif pada awal bulan ini dengan menembus level US$ 97.000. Kenaikan ini menandai lonjakan hampir 30% dari posisi terendahnya pada April lalu, sekaligus memicu spekulasi bahwa harga Bitcoin akan segera menembus rekor tertinggi sepanjang masa.
Sentimen pasar terhadap kripto turut menunjukkan penguatan signifikan. Indeks Crypto Fear and Greed naik ke level 55, mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor. Di sisi lain, penguatan indeks saham AS seperti Dow Jones dan Nasdaq 100, yang masing-masing naik lebih dari 350 poin, turut memperkuat minat terhadap aset berisiko termasuk Bitcoin.
Secara teknikal, Bitcoin berhasil menghindari pola bearish death cross pada April lalu dan justru membentuk pola bullish double bottom. Breakout di atas neckline US$ 88.830 mengonfirmasi tren kenaikan yang diperkuat oleh pola bullish flag—formasi historis yang kerap menandai kelanjutan tren naik. Selain itu, analisis teknikal independen menunjukkan Bitcoin telah menembus resistance jangka menengah di level US$ 96.000 dan kini tengah menguji area psikologis US$ 100.000 sebagai target berikutnya.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyatakan bahwa struktur pasar saat ini menyerupai fase akhir dari bull run tahun 2017. Ia menekankan bahwa kemampuan Bitcoin bertahan di atas support US$ 95.280 akan menjadi penentu dominasi tren bullish selanjutnya. Fyqieh juga mencatat bahwa harga Bitcoin kini berada di atas rata-rata pergerakan 200 hari serta telah membentuk zona support kuat di kisaran US$ 95.797–US$ 96.441, yang menjadi landasan potensial untuk reli lanjutan.
Dari sisi data on-chain, indikator volume net taker Bitcoin dalam 30 hari terakhir kembali mencatat angka positif. Hal ini menunjukkan dominasi tekanan beli di pasar derivatif atas tekanan jual, mengindikasikan kesiapan pelaku pasar spekulatif untuk kembali masuk. Volume derivatif bahkan kini mencakup sekitar 90% dari total volume perdagangan Bitcoin, mengungguli volume di pasar spot dan ETF yang sering kali menjadi indikator awal pergerakan harga.
Secara fundamental, permintaan institusional terhadap Bitcoin terus meningkat. Aliran dana bersih ke ETF Bitcoin spot pada April mencapai US$ 2,9 miliar, menambah total akumulasi menjadi lebih dari US$ 39 miliar. Perusahaan besar seperti Cantor Fitzgerald, Tether, dan SoftBank juga meluncurkan entitas baru bernama “Twenty One” yang secara khusus didirikan untuk pembelian Bitcoin, memperkuat posisinya sebagai aset “emas digital.”
Laporan dari Standard Chartered memperkirakan Bitcoin berpotensi menembus US$ 120.000 pada kuartal kedua 2025, seiring dengan pergeseran strategi alokasi aset investor dari pasar AS. Sementara itu, analis Geoff Kendrick masih mempertahankan target harga ambisius sebesar US$ 200.000 pada akhir tahun ini. Analisis dari Financial Magnates turut menempatkan target harga Bitcoin di kisaran US$ 120.000–US$ 210.000 sebagai proyeksi jangka menengah, didorong oleh model siklus pasar dan arus dana institusional yang terus mengalir deras.
Di sisi makroekonomi, data terbaru menunjukkan turunnya tingkat kepercayaan konsumen di AS serta penciptaan lapangan kerja yang lebih rendah dari ekspektasi. Kondisi ini membuka peluang pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve, yang dapat semakin meningkatkan daya tarik aset berisiko seperti Bitcoin. Namun, analis BCA Research mengingatkan potensi risiko stagflasi akibat kebijakan perdagangan yang agresif, yang bisa mendorong investor mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas dan Bitcoin.
Dengan dukungan kuat dari sisi teknikal, data on-chain, partisipasi institusional, serta kondisi makro global, target jangka pendek Bitcoin di kisaran US$ 100.000–US$ 108.000 kini dinilai semakin realistis. Beberapa analis bahkan memproyeksikan harga dapat menembus level US$ 115.000 hingga US$ 120.000 sebelum siklus pasar saat ini berakhir. Meski demikian, investor tetap diimbau mewaspadai level support krusial di US$ 95.280, karena penurunan di bawah titik tersebut dapat memicu koreksi harga dalam jangka pendek.