
Jumlah investor aset kripto di Indonesia mencapai 14,16 juta per April 2025, menunjukkan pertumbuhan pesat dalam inklusi keuangan digital. Namun, menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan digital, khususnya terkait kripto, masih perlu ditingkatkan.
Kripto kini mulai diakui dalam ekosistem keuangan nasional, meski data literasi khusus kripto belum terpisah. Indeks literasi keuangan nasional sebesar 66,64%, sementara indeks inklusi keuangan 92,74%. Sektor nonkonvensional seperti kripto dan keuangan syariah masih menghadapi tantangan literasi yang besar.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menekankan pentingnya edukasi agar investor dapat mengambil keputusan tepat dan mengurangi risiko, terutama bagi pemula. Tokocrypto aktif menggelar program edukasi ke komunitas, kampus, dan daerah-daerah, serta mengajak kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan institusi pendidikan.
Data OJK juga menunjukkan nilai transaksi kripto naik dari Rp 32,45 triliun pada Maret menjadi Rp 35,61 triliun pada April 2025. Namun, literasi kripto masih rendah di luar kota besar, di kalangan usia lanjut, dan mereka dengan pendidikan rendah.
Calvin menyarankan Indonesia mencontoh langkah negara lain seperti Singapura, yang mengintegrasikan edukasi blockchain dan kripto melalui universitas dan dukungan regulator.
Dengan pertumbuhan investor kripto yang pesat, literasi yang baik dinilai krusial untuk mendukung perkembangan industri yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.