Peneliti on-chain ternama, ZachXBT, kembali menyampaikan kekhawatirannya terkait adanya aktivitas mencurigakan yang tersembunyi di balik lonjakan volume transaksi lintas jaringan blockchain melalui protokol jembatan (bridge). Ia berpendapat bahwa lonjakan ini belum tentu mencerminkan perkembangan sehat dalam ekosistem Web3.
Dalam unggahan di saluran Telegram pribadinya pada Selasa (3 Juni 2025), ZachXBT menanggapi cuitan dari akun X @arjunnchand yang memuji rekor volume transaksi di protokol LiFi. Ia mengingatkan bahwa peningkatan tersebut mungkin bukan hasil pertumbuhan alami, melainkan didorong oleh upaya pencucian uang dari hasil peretasan yang ingin menghilangkan jejak transaksi.
Protokol bridge pada dasarnya dibuat untuk memfasilitasi perpindahan aset digital antar jaringan blockchain, terutama dari jaringan layer-2 atau sidechain ke jaringan utama Ethereum (mainnet). Namun, akses ke layanan-layanan seperti Tornado Cash atau bursa terdesentralisasi (DEX) yang menawarkan fitur mixing justru memberi celah bagi pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menyembunyikan asal-usul dana ilegal.
Sebagai agregator protokol bridge, LiFi menghadapi permasalahan yang serupa dengan banyak protokol Web3 lainnya. Karakteristiknya yang terbuka dan tanpa izin (permissionless) membuatnya nyaris mustahil menyaring pengguna dengan niat jahat. Situasi ini mengingatkan kembali pada kasus THORChain yang mengalami lonjakan transaksi setelah terjadinya peretasan terhadap Bybit, namun memilih tidak berkoordinasi untuk membekukan dana yang dicuri.
Perayaan Volume Transaksi yang Dianggap Tidak Tepat
LiFi kini menjadi sorotan karena dianggap terlalu cepat merayakan peningkatan volume transaksi, tanpa mempertimbangkan kemungkinan bahwa sebagian besar volume tersebut berasal dari aktivitas para peretas. Walaupun tim pengembang menyatakan telah melakukan berbagai langkah untuk mengurangi keterpaparan terhadap transaksi ilegal, mereka juga mengakui bahwa penyalahgunaan oleh aktor jahat tetap sulit dihindari.
ZachXBT memperkirakan bahwa sekitar 15% hingga 25% dari total aktivitas di dalam protokol LiFi kemungkinan besar berasal dari kelompok peretas, yang diduga memiliki kaitan dengan Korea Utara. Menurutnya, lonjakan mendadak volume bridge bisa menjadi indikator pergerakan dana hasil kejahatan yang tengah dicuci melalui strategi chain hopping—yakni pemindahan dana antar jaringan secara berulang untuk menghindari sistem pelacakan alamat.
Namun demikian, tidak semua peningkatan aktivitas bridging berasal dari peretas. Ada juga aktivitas organik seperti partisipasi dalam airdrop farming, program insentif staking, dan strategi arbitrase antar jaringan yang turut menyumbang tingginya volume transaksi. Beberapa jaringan blockchain yang memiliki ekosistem DeFi yang aktif memang secara alami menunjukkan tingkat aktivitas lintas jaringan yang tinggi.
Berdasarkan data dari DeFiLlama, volume transaksi lintas bridge saat ini hampir menyentuh angka US$900 miliar, atau sekitar Rp14,6 triliun dalam periode 24 jam terakhir. Di antara jaringan yang ada, Arbitrum mencatat volume transaksi tertinggi, yaitu mencapai US$2,79 miliar atau lebih dari Rp45 triliun.