Jakarta, 15 Juni 2025 — Harga Bitcoin (BTC) terus mencatatkan kenaikan stabil meski volume perdagangan menurun ke titik terendah sejak awal siklus 2023–2026. Meskipun pasar tampak tenang, data on-chain mengindikasikan bahwa fase akumulasi besar-besaran sedang berlangsung di balik layar.
Laporan Cointelegraph mengungkap bahwa jumlah BTC yang disimpan di bursa kripto telah turun 14% sejak awal 2025, menyisakan hanya 2,5 juta BTC, level terendah sejak Agustus 2022. Penurunan ini menunjukkan bahwa investor jangka panjang semakin memindahkan aset mereka ke cold wallet, memperkecil suplai koin yang siap dijual dan mengurangi tekanan jual jangka pendek.
Pasokan OTC (Over-the-Counter) — tempat transaksi antar institusi besar — juga menyusut drastis. Data CryptoQuant mencatat bahwa saldo BTC di alamat OTC yang terkait dengan penambang telah turun 19% sejak Januari, menyisakan hanya 134.252 BTC. Ini menandakan kekeringan likuiditas melanda semua lini, baik di bursa maupun OTC.
Menariknya, funding rate negatif sempat terjadi saat harga Bitcoin naik dari USD 104.000 ke USD 110.000 pada 6–8 Juni lalu. Biasanya, funding rate negatif menandakan tekanan short, tapi jika harga tetap naik, itu mengindikasikan permintaan spot yang kuat tengah menyerap tekanan jual. Pola ini telah muncul tiga kali dalam siklus ini dan selalu diikuti lonjakan harga eksplosif.
Jika tekanan short berlanjut dan posisi leverage dilikuidasi, pasar berpotensi mengalami short squeeze besar-besaran, mempercepat kenaikan harga Bitcoin dalam waktu dekat. Analis menilai pasar berada di ambang pergerakan signifikan, hanya menunggu pemicu kecil untuk meledakkan harga ke rekor baru.