Liputan6.com, Jakarta – Walmart dan Amazon dilaporkan tengah mempertimbangkan rencana untuk menerbitkan Stablecoin yang didukung Dolar AS (USD) bagi pelanggan.
Mengutip Cointelegraph, Minggu (15/6/2025) menandakan adopsi Stablecoin institusional yang lebih luas di tengah membaiknya kejelasan regulasi di Amerika Serikat (AS).
Laporan The Wall Street Journal menyebutkan, kedua raksasa ritel tersebut tengah mempertimbangkan pengembangan Stablecoin khusus merek.
Meskipun kedua perusahaan belum mengonfirmasi rencana penerbitan Stablecoin, sistem pembayaran Stablecoin untuk keduanya dapat mengalihkan arus kas miliaran dolar dari mitra perbankan mereka.
Sebelumnya, Amazon melaporkan pendapatan tahunan senilai USD 638 miliar pada tahun 2024, dengan penjualan e-commerce global mencapai sekitar USD 447 miliar untuk, menurut data Statista.
Penjualan e-commerce global Walmart juga melampaui USD 100 miliar pada tahun 2023, yang mencakup 17,8% dari total penjualan tahunan perusahaan, yang dilaporkan pada bulan Agustus 2024.
Pembayaran berbasis Stablecoin akan menawarkan transaksi yang lebih cepat dan lebih murah, membantu perusahaan besar tersebut menghemat biaya perbankan miliaran dolar.
Rencana penerbitan Stablecoin dari kedua raksasa e-commerce tersebut kemungkinan akan bergantung pada hasil dari undang-undang utama, Undang-Undang Guiding and Establishing National Innovation for US Stablecoins (GENIUS).
RUU tersebut bertujuan untuk menetapkan aturan yang jelas untuk agunan Stablecoin dan mewajibkan kepatuhan terhadap undang-undang Anti Pencucian Uang AS, yang dapat mendukung adopsi Stablecoin institusional di negara ekonomi terbesar di dunia.
Sebelumnya, raksasa e-commerce global Shopify mengonfirmasi rencana untuk mengintegrasikan pembayaran USDC bagi para penggunanya sebelum akhir tahun 2025, Cointelegraph melaporkan pada hari Jumat.
Adapun raksasa keuangan yaitu JPMorgan, Bank of America, Citigroup, dan Wells Fargo juga dilaporkan telah membahas potensi peluncuran Stablecoin bersama.