Kelompok peretas anti-Iran Gonjeshke Darande mengklaim bertanggung jawab atas serangan siber terhadap bursa kripto terbesar Iran, Nobitex, pada Rabu, 18 Juni 2025. Serangan ini terjadi di tengah memanasnya konflik militer antara Iran dan Israel yang mengguncang kawasan Timur Tengah.
Dilaporkan oleh Channel News Asia, peretas menyatakan telah merusak sistem Nobitex dan menyebabkan kerugian mencapai USD 90 juta atau sekitar Rp 1,47 triliun. Mereka juga mengancam akan membocorkan kode sumber platform tersebut. Nobitex mengonfirmasi bahwa mereka menurunkan situs web dan aplikasinya untuk meninjau akses tidak sah.
Kelompok Gonjeshke Darande, atau “Burung Pipit Predator”, dikenal memiliki riwayat serangan siber besar di Iran, termasuk serangan terhadap Bank Sepah, serta serangan di tahun 2021 dan 2022 yang menyebabkan pemadaman pompa bensin dan kerusakan pabrik baja.
Meski Israel tidak pernah secara resmi mengakui hubungan dengan kelompok ini, sejumlah media menyebut Gonjeshke Darande memiliki kaitan erat dengan pemerintah Israel.
Dampak pada Pasar Kripto Indonesia
Di sisi lain, Tokocrypto mencatat dampak konflik tersebut terhadap pasar kripto nasional. CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, melaporkan penurunan volume perdagangan sekitar 3%–5% selama eskalasi konflik. Namun, kondisi ini masih dianggap wajar dan mencerminkan tren konsolidasi global.
Menariknya, jumlah pengguna baru justru naik 20%, menunjukkan minat investor ritel tetap tinggi meski ketidakpastian geopolitik dan ekonomi masih berlangsung. Lebih dari 50% volume transaksi di Tokocrypto kini berasal dari investor institusional dan pengguna VIP, menandakan pasar semakin matang.
Meski gejolak global masih terjadi, Bitcoin tetap bertahan di atas level psikologis USD 100.000, menjadi bukti ketahanan aset digital ini di tengah ketidakpastian dunia.