Pasar keuangan global kembali terguncang setelah Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran. Presiden Donald Trump mengklaim serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar, meski belum ada konfirmasi dari analisis independen maupun citra satelit.
Ketegangan geopolitik ini memicu volatilitas tinggi di pasar saham AS, dengan indeks S&P 500 futures mengalami tekanan. Harga minyak melonjak hampir 4% ke sekitar USD 76 per barel, diiringi penguatan dolar AS dan meningkatnya permintaan atas saham sektor pertahanan dan energi, seperti Chevron, Exxon Mobil, Lockheed Martin, dan Northrop Grumman.
Di sisi lain, pasar kripto sempat terguncang, dengan Bitcoin jatuh di bawah USD 100.000. Namun, harga mulai pulih ke kisaran USD 100.500–101.400, bersama altcoin seperti ETH, XRP, dan SOL yang juga menunjukkan pemulihan. Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyebut pasar saat ini bersikap defensif, menanti perkembangan selanjutnya dari potensi eskalasi konflik.
Fahmi juga menyoroti kekhawatiran investor atas kemungkinan meluasnya konflik, terutama mengingat hubungan Iran dengan Rusia dan Korea Utara. Ditambah lagi, potensi inflasi baru akibat belanja militer AS dan ketegangan dagang dengan China semakin meningkatkan ketidakpastian pasar.
Meski demikian, bertahannya Bitcoin di level saat ini menunjukkan kekuatan pasar kripto yang makin solid. Fahmi menilai bahwa bila inflasi tetap terkendali dan The Fed menurunkan suku bunga pada September, hal itu bisa memicu reli kripto lebih lanjut pada siklus ini.