Jakarta, 24 Juni 2025 – Di tengah ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, harga Bitcoin (BTC) menunjukkan stabilitas yang mengejutkan dibandingkan sejumlah aset lain seperti saham teknologi AS.
Menurut data dari André Dragosch, Kepala Riset di Bitwise Europe, volatilitas Bitcoin selama 60 hari terakhir hanya berada di kisaran 27%-28%, lebih rendah dibandingkan S&P 500 (30%), Nasdaq 100 (35%), dan saham Magnificent 7 (40%). Hal ini mencerminkan bahwa Bitcoin kini dianggap semakin matang sebagai aset investasi.
Bitcoin sempat turun 6% ke bawah USD 100.000 akhir pekan lalu, namun dengan cepat pulih menyusul serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Qatar. Data Coinmarketcap mencatat harga BTC hari ini berada di Rp1.733.151.182,15, menguat 4,50% dalam 24 jam terakhir, meski masih melemah 0,28% dalam sepekan.
Tak hanya BTC, Ethereum (ETH) juga melonjak 8,52% dalam sehari, ke harga Rp39.688.384,80 per koin. Tether (USDT), sebagai stablecoin utama, turut naik 0,08% dalam 24 jam, diperdagangkan di Rp16.454,47.
Analis dari Glassnode menyebut stabilitas ini didukung oleh meningkatnya jumlah pemegang jangka panjang, dengan total pasokan Bitcoin yang mereka pegang kini menyentuh 14,53 juta BTC, setara hampir 70% dari total pasokan maksimal 21 juta BTC. Lebih dari 30% suplai BTC bahkan dikuasai oleh 216 entitas terpusat, termasuk ETF, bursa, dan perusahaan besar.
Didorong oleh dukungan institusional dan kebijakan moneter global, beberapa tokoh industri seperti Arthur Hayes (BitMEX) dan Eugene Cheung (OSL) memperkirakan harga BTC dapat mencapai USD 150.000 pada akhir tahun 2025.