Otoritas Israel menangkap seorang pria asal Tel Aviv atas dugaan terlibat dalam aksi mata-mata untuk Iran, dengan imbalan pembayaran dalam bentuk aset kripto.
Menurut laporan i24 News pada Selasa (24/6/2025), pria bernama Or Beilin (27) diduga menerima perintah langsung dari agen intelijen Iran untuk menjalankan sejumlah misi rahasia. Beberapa di antaranya termasuk memotret lokasi sensitif dan menyemprotkan grafiti bermuatan politik di tempat umum, aktivitas yang diyakini merupakan bagian dari operasi spionase digital yang direkrut lewat media sosial.
Dalam penangkapan yang dilakukan pada akhir pekan lalu, aparat keamanan menyita komputer serta perangkat penyimpanan digital milik Beilin. Barang-barang ini diduga digunakan untuk berkomunikasi dengan kontak Iran. Beilin kini ditahan dan telah dibawa ke Pengadilan Magistrat Tel Aviv, dengan masa penahanan diperpanjang hingga 26 Juni 2025 untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Kasus Beilin ternyata bukan satu-satunya. Kepolisian Israel juga telah menahan dua orang lainnya, termasuk Dmitri Cohen (28) dari Haifa, yang diduga mengumpulkan informasi intelijen terkait Amit Yardeni, tunangan dari Avner Netanyahu, putra Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menurut laporan Times of Israel, Cohen dijanjikan imbalan sebesar US$500 untuk setiap misi, dan telah menerima ribuan dolar dalam bentuk aset kripto sejak bekerja sama dengan agen Iran. Seorang tersangka lain berusia 19 tahun juga ditangkap di wilayah Sharon, meski identitasnya belum diungkap ke publik.
Sebagai respons atas insiden ini, Badan Keamanan Israel (Shin Bet) dan Kepolisian Distrik Tel Aviv mengeluarkan peringatan kepada seluruh warga dan penduduk Israel agar tidak melakukan kontak atau menerima permintaan dari aktor asing, terutama yang menyasar melalui platform digital.
Serangan Siber Antarnegara Semakin Intens
Penangkapan ini terjadi di tengah memanasnya eskalasi dunia maya antara Israel dan Iran, yang mulai berdampak pada volatilitas pasar kripto global.
Pekan lalu, sebuah kelompok peretas pro-Israel mengklaim telah membobol exchange kripto terbesar di Iran, Nobitex, dan menguras lebih dari US$90 juta atau setara Rp1,4 triliun dalam bentuk aset digital. Sebagian besar aset tersebut kemudian di-burn sebagai bagian dari aksi simbolik melawan infrastruktur keuangan yang diduga terkait langsung dengan rezim Iran.
Aksi ini menambah panjang daftar serangan digital timbal-balik antara kedua negara yang selama ini terlibat dalam konflik asimetris yang kian rumit.
Menariknya, di tengah situasi geopolitik yang memanas, pasar kripto justru menunjukkan ketahanan yang cukup solid. Setelah sempat turun tajam hingga di bawah US$99.000, harga Bitcoin kembali stabil. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$105.532, naik lebih dari 3% dalam 24 jam terakhir menurut data CoinMarketCap.
Tak hanya itu, produk Bitcoin Spot ETF di Amerika Serikat juga mencatatkan arus masuk bersih positif sebesar US$1,02 miliar dalam sepekan terakhir, menunjukkan masih kuatnya minat investor institusional terhadap aset kripto terbesar di dunia tersebut.