Harga Bitcoin anjlok di bawah angka USD 100.000 untuk pertama kalinya dalam 46 hari menjadi USD 98.115 per koin. Namun, beberapa jam kemudian mata uang kripto dengan kapitalisasi terbesar itu kembali melampaui USD 100.000. Simak sentimen yang menggerakkan harga Bitcoin.
Liputan6.com, Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah melanjutkan babak baru usai Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Qatar, pada Senin (23/6/2025). Sebelumnya, Iran mengungkapkan rencana untuk menutup selat Hormuz, yang menjadi jalur penting bagi perlintasan minyak dunia dan logistik perdagangan.
Setelah konfirmasi penutupan tersebut, harga Bitcoin anjlok di bawah angka USD 100.000 untuk pertama kalinya dalam 46 hari menjadi USD 98.115 per koin.
Namun, beberapa jam kemudian mata uang kripto dengan kapitalisasi terbesar itu kembali melampaui USD 100.000.
Mengutip News.bitcoin.com, Selasa (24/6/2025) analis di Bitunix menilai bahwa pemulihan tersebut merupakan indikasi bahwa investor masih melihat Bitcoin dan mata uang kripto sebagai aset safe haven.
“Konflik Timur Tengah yang meningkat dapat mengintensifkan permintaan safe haven, dan mata uang kripto dapat muncul sebagai tempat berlindung yang lebih disukai karena portabilitas dan kemudahan transfernya dibandingkan dengan emas,” ungkap analis Bitunix.
“Jika situasi (konflik Iran-Israel) semakin memburuk, pasar dapat menilai ulang aset safe haven. Eskalasi geopolitik juga dapat mendorong BTC menuju titik tertinggi baru sepanjang masa, meskipun investor harus berhati-hati terhadap peningkatan volatilitas dan potensi intervensi kebijakan,” bebernya.
Menurut analis Bitunix, penurunan tajam pasar kripto setelah respon AS mencerminkan kepanikan dan likuidasi posisi panjang dan tidak bisa dilihat sebagai indikasi pergeseran sentimen investor dari kripto.
Untuk melindungi diri dari pergerakan pasar yang tajam, analis Bitunix menyarankan investor untuk mempertahankan strategi stop-loss yang rasional dan langkah-langkah pengendalian risiko.
Selain itu, investor juga disarankan memantau perkembangan dengan cermat dan menyesuaikan alokasi portofolio sebagaimana mestinya.