JAKARTA — Analis memperkirakan pasar kripto akan tetap dinamis sepanjang Juli 2025, didorong kombinasi volatilitas eksternal dan momentum teknikal. Meski diwarnai ketidakpastian geopolitik, awal Juli menunjukkan tren positif dengan Bitcoin (BTC) mencetak harga tertinggi tiga minggu di level USD 109.600 atau sekitar Rp1,77 miliar, hanya 2% dari rekor tertinggi sepanjang masa.
Namun, reli ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan global, terutama menjelang tenggat negosiasi dagang AS pada 9 Juli. Presiden Donald Trump menegaskan tidak akan memperpanjang negosiasi, dan siap menerapkan tarif baru jika tidak ada kesepakatan, meningkatkan kekhawatiran pasar.
Menurut Fyqieh Fachrur, analis dari Tokocrypto, ketidakpastian makro justru memicu aksi beli spekulatif, khususnya pada altcoin sebagai bentuk diversifikasi dan lindung nilai. Juli secara historis juga menjadi bulan positif bagi BTC, dengan rata-rata kenaikan bulanan 8,09%.
Jika BTC mampu menembus resistance dan mempertahankan momentumnya, kuartal III 2025 berpotensi jadi periode eksplosif, mirip dengan tren pasca-halving tahun-tahun sebelumnya seperti 2013, 2017, dan 2021.
Lebih jauh, analis Geoff Kendrick dari Standard Chartered memprediksi BTC bisa mencapai USD 135.000 pada akhir kuartal III dan USD 200.000 pada akhir 2025, seiring meningkatnya adopsi institusional dan minat pada produk ETF kripto.
Meski demikian, investor diingatkan untuk tetap waspada terhadap risiko jangka pendek, termasuk gejolak tarif AS dan ketidakpastian makroekonomi global yang masih membayangi pasar kripto.
Ask ChatGPT