
Harga emas dunia (XAUUSD) bergerak terbatas sepanjang pekan ini di tengah tekanan dari penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Analis Dupoin, Andy Nugraha, menyebut kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menjadi 4,334% serta imbal hasil riil ke 2,034% menjadi faktor utama pelemahan harga emas.
Indeks Dolar AS (DXY) yang menguat 0,34% ke 97,10 menambah tekanan terhadap harga emas, mengingat penguatan dolar membuat emas relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Data ketenagakerjaan AS juga mendukung posisi The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga secara hati-hati, dengan penambahan 147.000 lapangan kerja pada Juni dan penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,1%.
Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengonfirmasi pendekatan “wait and see” terkait kebijakan moneter di tengah potensi inflasi akibat tarif perdagangan dan perkembangan politik.
Andy Nugraha menilai tren naik harga emas mulai melemah meski belum hilang sepenuhnya. Ia memperkirakan jika tekanan bullish bertahan, harga emas bisa naik menuju US$3.450 pekan depan. Namun, jika harga menembus level kunci US$3.212, potensi penurunan menuju kisaran US$3.133 sangat mungkin terjadi.
Dengan demikian, pekan depan harga emas masih berpeluang bergerak naik atau turun tergantung kekuatan tren bullish dan reaksi pasar terhadap data serta kebijakan moneter AS.