Jakarta, Pintu News – Di balik peluang besar di dunia cryptocurrency (crypto), ada sejumlah risiko dan ancaman yang sering tidak disadari investor pemula, salah satunya adalah serangan “crypto dust”. Istilah ini mungkin terdengar asing, namun memahami apa itu crypto dust dan bagaimana potensi serangan dust attack bekerja bisa menjadi langkah penting dalam menjaga keamanan aset digital Anda. Jangan biarkan portofolio Anda terancam hanya karena lengah pada ancaman yang tampak sepele ini!
pa Itu Crypto Dust? Mengenal “Debu” Digital di Dunia Crypto
Crypto dust adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sejumlah kecil koin atau token crypto yang sangat minim nilainya, sering kali terlalu kecil untuk diperdagangkan atau dipindahkan karena biaya transaksi lebih besar dari nilai koin itu sendiri. Biasanya, dust muncul sebagai sisa dari transaksi sebelumnya—misalnya pecahan kecil Bitcoin BTC2.05%->Harga BTC Saat Ini
Rp 1.894.080.589
2.05%
Market Cap
Rp 37.837 Triliun
Volume Trading
Rp 1.381 Triliun
Suplai Beredar
Rp 19.897.165
, Ethereum ETH1.52%->Harga ETH Saat Ini
Rp 60.499.120
1.52%
Market Cap
Rp 6,41 Miliar
Volume Trading
Rp 1,07 Miliar
Suplai Beredar
, atau Ripple XRP1.31%->Harga XRP Saat Ini
Rp 50.965
1.31%
Market Cap
Volume Trading
Suplai Beredar
di dalam wallet Anda.
Banyak pengguna crypto menganggap dust tidak penting dan cenderung mengabaikannya. Namun, jumlah “debu digital” ini dapat menumpuk di wallet, dan di sinilah potensi risiko baru muncul. Dust bisa menjadi celah bagi penjahat siber untuk melakukan serangan yang dikenal sebagai dusting attack, di mana mereka sengaja mengirimkan sejumlah kecil crypto ke ribuan wallet sebagai bagian dari aksi kriminal siber.
Baca Juga: Prediksi Harga Cardano (ADA) 2025: Drama Governance dan Nasib Investor, Apa yang Terjadi?
Dust attack merupakan metode serangan di mana penyerang mengirimkan crypto dust ke banyak alamat wallet berbeda secara acak. Tujuan utama serangan ini bukanlah mencuri aset secara langsung, melainkan melacak pergerakan dan mengidentifikasi pemilik wallet berdasarkan aktivitas transaksi lanjutan. Dengan menganalisis bagaimana dust tersebut digunakan atau digabung dengan koin lain, pelaku bisa membongkar identitas pengguna anonim di jaringan blockchain.
Ancaman utama dari dust attack bukan sekadar kehilangan crypto dalam jumlah kecil, tapi kebocoran data privasi. Penjahat siber dapat menautkan alamat wallet ke identitas asli korban, lalu melanjutkan dengan serangan phishing, pemerasan, atau penipuan lain yang lebih berbahaya. Di dunia crypto, privasi adalah segalanya—dan serangan dust bisa menjadi awal dari masalah besar jika tidak diwaspadai.