
Ripple kembali menjadi sorotan global setelah co-founder Chris Larsen memindahkan sekitar 50 juta XRP senilai $175 juta (Rp2,8 triliun) ke beberapa alamat, termasuk exchange Coinbase. Aksi ini memicu kekhawatiran pasar terkait potensi gelombang jual besar yang dapat menekan harga token.
Data on-chain dari penyelidik blockchain ZachXBT menunjukkan transfer besar ini terjadi sejak 17–23 Juli 2025, dengan $140 juta dikirim ke exchange dan sisanya ke dua wallet baru. Harga XRP yang sebelumnya menyentuh puncak tiga tahun di $3,60, turun sekitar 13% dalam 24 jam setelah kabar tersebut.
Investor di platform X memperingatkan bahwa Larsen masih memegang lebih dari 2,81 miliar XRP (sekitar $8,8 miliar), hampir 5% dari total pasokan. Jika dilepas ke pasar dalam jumlah besar, tekanan jual dapat meningkat tajam, menimbulkan risiko volatilitas dan penurunan harga.
Analis CryptoQuant dan trader populer ManLy memperingatkan investor agar berhati-hati, karena pembelian saat wallet besar melakukan penjualan bisa berujung menjadi exit liquidity bagi pemilik token besar tersebut.
Meski transfer ini legal, timing dan volume distribusi menjadi sorotan penting terkait transparansi dan tata kelola Ripple. Aksi ini terjadi di tengah reli XRP usai kemenangan hukum melawan SEC dan munculnya sentimen bullish terkait potensi ETF XRP serta tokenisasi aset riil.
Investor diimbau menjaga perspektif jangka panjang dan menerapkan manajemen risiko, mengingat konsentrasi kepemilikan token oleh founder dapat memicu volatilitas mendadak. XRP tetap memiliki potensi sebagai token likuiditas lintas batas, namun aksi distribusi besar harus menjadi sinyal waspada pasar.