Jakarta, Pintu News – Bitcoin, sebagai mata uang kripto pertama dan paling terkenal di dunia, memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari mata uang tradisional: jumlahnya terbatas. Tidak seperti uang fiat yang bisa dicetak tanpa batas, Bitcoin dirancang dengan batas maksimum tertentu.
Artikel ini akan membahas berapa sebenarnya jumlah Bitcoin yang ada di dunia saat ini, mengapa jumlahnya dibatasi, serta bagaimana distribusinya di tangan investor dan pengguna global.
Total Pasokan Bitcoin: Hanya 21 Juta Koin
Bitcoin dirancang oleh penciptanya, Satoshi Nakamoto, dengan sistem yang hanya memperbolehkan maksimal 21 juta koin untuk beredar di seluruh dunia. Ini merupakan fitur yang tertanam dalam protokol Bitcoin dan tidak bisa diubah tanpa konsensus jaringan.
Hingga pertengahan tahun 2025, lebih dari 19,7 juta Bitcoin telah berhasil ditambang. Artinya, hanya tersisa kurang dari 1,3 juta Bitcoin yang akan ditambang hingga seluruh 21 juta tercapai—diperkirakan sekitar tahun 2140. Hal ini menjadikan Bitcoin sebagai aset yang sangat langka, terutama di era inflasi tinggi di berbagai belahan dunia.
Meskipun angka maksimalnya adalah 21 juta, kenyataannya tidak semua Bitcoin itu tersedia untuk digunakan. Diperkirakan sekitar 3 hingga 4 juta Bitcoin telah hilang selamanya akibat berbagai faktor, seperti lupa kata sandi dompet digital, hard drive rusak, atau pemilik yang sudah meninggal tanpa meninggalkan akses.
Ini berarti bahwa jumlah Bitcoin yang benar-benar “beredar aktif” jauh lebih sedikit daripada yang terlihat di statistik total. Kejadian ini memperkuat persepsi Bitcoin sebagai aset langka dan berharga, sekaligus memberi tekanan pada sisi permintaan.
Distribusi Bitcoin: Siapa yang Memegangnya?
Saat ini, Bitcoin tersebar di berbagai kalangan—dari investor ritel kecil hingga perusahaan besar seperti Tesla, dan institusi keuangan seperti MicroStrategy. Data dari berbagai platform analitik blockchain menunjukkan bahwa sebagian besar Bitcoin dimiliki oleh sekelompok kecil dompet besar yang dikenal sebagai “whales”.
Namun, adopsi terus meningkat, dengan lebih banyak individu dan negara mulai menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari strategi diversifikasi atau bahkan alat tukar resmi. Distribusi ini juga mendorong diskusi tentang desentralisasi dan keadilan kepemilikan dalam dunia kripto.