
Firma analitik blockchain Arkham Intelligence mengungkap pencurian besar-besaran sekitar 127.426 BTC dari mining pool asal Tiongkok, LuBian, yang terjadi pada akhir Desember 2020. Nilai Bitcoin yang dicuri saat itu sekitar $3,5 miliar, kini melonjak menjadi $14,5 miliar, menjadikannya salah satu pencurian kripto terbesar dalam sejarah.
Pencurian ini sulit dideteksi selama bertahun-tahun, dengan LuBian kehilangan lebih dari 90% cadangan BTC secara tiba-tiba. Pelaku diduga memanfaatkan kelemahan algoritme kunci privat LuBian, sehingga memungkinkan serangan brute-force. Arkham juga menemukan upaya LuBian menghubungi peretas lewat transaksi blockchain sebagai permohonan pengembalian aset.
Kasus ini menjadi peringatan keras soal pentingnya keamanan kunci privat, penggunaan dompet multi-sig, hardware wallet, serta perlunya audit dan pemantauan real-time dalam industri kripto. Pelaku kini masuk daftar pemegang Bitcoin terbesar di dunia, melampaui skala pencurian Mt. Gox dan Bitfinex.
Insiden ini memicu kekhawatiran akan transparansi dan keamanan infrastruktur kripto, mendorong kebutuhan pengetatan regulasi dan tata kelola di masa depan.