Jakarta — Wacana menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari aset cadangan nasional kembali mencuat di Indonesia, mengikuti tren global yang dipelopori El Salvador dan mulai dilirik Amerika Serikat. Dengan 15,85 juta pengguna kripto dan transaksi mencapai Rp 224,11 triliun per pertengahan 2025, peluang mengkaji opsi ini dinilai terbuka.
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai Bitcoin memiliki potensi strategis berkat sifat desentralistik dan ketahanannya terhadap inflasi. Namun, ia menegaskan diperlukan studi komprehensif, pendekatan berbasis data, dan sinergi lintas sektor agar kebijakan yang dihasilkan progresif dan akuntabel.
Di El Salvador, Presiden Nayib Bukele melangkah lebih jauh dengan rencana peluncuran bank Bitcoin pertama di dunia. Lembaga ini akan sepenuhnya beroperasi dengan BTC, menawarkan layanan tabungan, pinjaman, dan pembayaran kripto, serta diatur langsung oleh pemerintah. Proyek ini diharapkan memperluas inklusi keuangan dan menarik investasi asing, sekaligus memperkuat posisi El Salvador sebagai pusat Bitcoin global.
Sementara itu, El Salvador kini menjadi pemegang Bitcoin terbesar keempat di dunia, menggeser Korea Utara. Data Arkham Intelligence mencatat negara tersebut memiliki 6.188 BTC senilai USD 678,55 juta (Rp 11 triliun), melampaui Korea Utara yang tersisa 5.875 BTC pasca likuidasi besar oleh kelompok Lazarus Group.