Jakarta – Investor dengan kekayaan tinggi di Asia semakin agresif berinvestasi di aset kripto, menambah pasar yang sebelumnya didominasi oleh pengguna ritel di kawasan seperti India, Indonesia, dan Vietnam.
Menurut laporan Cointelegraph, Sabtu (23/8/2025), keluarga kaya dan family office di Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok mulai meningkatkan alokasi kripto hingga 5% dari portofolio. Fenomena ini didukung minat generasi kedua dan ketiga dalam mengelola aset digital, serta meningkatnya permintaan di bursa regional.
Contohnya, NextGen Digital Venture berhasil mengumpulkan lebih dari USD 100 juta untuk dana ekuitas kripto baru di Singapura hanya dalam beberapa bulan, setelah sebelumnya mencatat keuntungan 375% dari dana serupa. UBS juga melaporkan beberapa family office Tiongkok di luar negeri menjadi pendorong utama tren ini.
Bursa kripto mencatat lonjakan aktivitas:
- HashKey Exchange (Hong Kong): pengguna naik 85% secara tahunan.
- Bursa Korea Selatan: volume perdagangan meningkat 17% sepanjang 2025.
Sebelumnya, ledakan kripto di Asia banyak digerakkan oleh investor ritel. Data Chainalysis mencatat kawasan Asia Tengah, Asia Selatan, dan Oseania menerima arus masuk lebih dari USD 750 miliar (16,6% volume global) antara pertengahan 2023–2024, didorong transaksi remitansi, perdagangan kecil, dan DeFi. India menempati peringkat pertama adopsi kripto global, disusul Indonesia di posisi ketiga, Vietnam kelima, dan Filipina kedelapan.
Sementara di Asia Timur, arus masuk hampir USD 400 miliar lebih banyak dipicu oleh investor institusional dan profesional. Korea Selatan menerima USD 130 miliar, sementara Hong Kong mencatat pertumbuhan tercepat dengan aktivitas naik 85,6% tahunan. Di Tiongkok, warga kaya beralih ke OTC dan P2P pasca-larangan bursa 2021, memanfaatkan kripto sebagai lindung nilai saat pasar properti dan saham melemah.
Selain sebagai investor, Asia juga semakin dominan dalam ekosistem kripto global. Laporan Electric Capital Developer 2024 menyebut kawasan ini kini menyumbang 32% pengembang kripto aktif, naik dari 12% pada 2015.