Jakarta – Pasar kripto global pada 2025 tengah berada di fase transisi, memicu perdebatan apakah masih dalam tren bearish atau justru memasuki awal siklus bullish baru.
Awal tahun sempat ditandai dengan penurunan tajam harga Bitcoin dan mayoritas aset kripto. Namun, reli berikutnya yang membawa Bitcoin ke level tertinggi sepanjang masa menunjukkan ketahanan pasar. Survei Investopedia mencatat hampir dua pertiga investor ritel bersikap optimistis, didukung daya tahan ekonomi global serta portofolio perusahaan besar.
Langkah Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) melegalkan ETF Bitcoin spot turut meningkatkan harga dan likuiditas pasar. Integrasi kripto dengan sistem keuangan arus utama makin nyata, ditandai dengan semakin banyak perusahaan publik yang menyimpan Bitcoin sebagai cadangan serta tren IPO perusahaan kripto.
Hingga kini, lebih dari 135 perusahaan publik tercatat memiliki Bitcoin di neraca mereka. Regulasi baru seperti Genius Act juga memperkuat keyakinan investor terhadap keamanan aset digital.
Selain itu, proyek baru seperti MAGACOIN FINANCE mulai mencuri perhatian. Fase prapenjualannya terjual cepat, menunjukkan tingginya permintaan investor terhadap aset alternatif di luar Bitcoin, Ethereum, dan XRP yang dianggap sudah mahal.
Meski demikian, pasar masih dibayangi kekhawatiran inflasi dan risiko sistemik akibat keterkaitan kripto dengan perbankan tradisional. Namun, sejumlah analis menilai kondisi saat ini lebih sebagai koreksi makroekonomi, bukan tanda resesi kripto.
Kesimpulannya, 2025 digambarkan sebagai fase transisi: penurunan harga memang terjadi, tetapi indikator utama—seperti adopsi institusional, regulasi proaktif, dan arus dana ETF—semua mengarah pada tren jangka panjang yang tetap bullish.