Euforia terjadi semakin kuat ketika sang jawara kripto mencetak rekor tertinggi di level US$123.218 pada pertengahan Juli. Mendorong lonjakan terhadap Ethereum (ETH), BNB hingga LINK yang kembali ke titik harga yang lama tidak tersentuh.
Meski demikian, puncak sebenarnya dalam aktivitas tersebut terjadi di 14 Agustus 2025. Yakni ketika BTC mencetak rekor all-time high (ATH) baru di kisaran US$124.474. Namun sayang, capaian itu tidak mampu bertahan lama. Karena selang beberapa hari kemudian, harga BTC turun secara konsisten hingga akhirnya menyentuh US$108.666 di 26 Agustus.
Peristiwa ini populer sebagai kapitulasi tahap dua, yang menunjukkan koreksi lebih tajam ketimbang koreksi besar di awal bulan. Dari sini terlihat jelas bahwa pemain besar sudah mulai melakukan distribusi, yakni melepas aset dalam jumlah besar sambil menyisakan sebagian kecil untuk dijual secara bertahap.
Indikator Ini Tunjukkan Siklus Altseason Berakhir
Di sisi lain, beberapa sinyal menunjukkan altseason telah mencapai garis finish. Chart harian Bitcoin memperlihatkan formasi double top dengan higher high. Pola ini identik dengan struktur akhir reli yang terjadi pada siklus 2024 lalu.
Selain itu, tiga candle merah mingguan terjadi secara berturut-turut, memperlihatkan tekanan jual yang berkelanjutan. Kondisi tersebut biasanya merupakan indikasi bahwa pasar sudah memasuki fase kelelahan.
Naiknya harga Ethereum (ETH) yang menembus ATH lamanya juga menjadi sinyal bahwa altseason sudah melewati puncaknya.
Ditambah, aksi smart money yang melakukan penjualan secara masif, makin mempertegas bahwa mereka tidak lagi menambah posisi. Melainkan menguras likuiditas pasar sedikit demi sedikit. Situasi itu membuat penurunan tajam di paruh kedua Agustus. Menandai transisi resmi menuju fase distribusi. Sehingga aktivitas reli ke depan berisiko memiliki sifat bull trap.
Sinyal Teknikal Berakhirnya Altseason
Jika melihat secara teknikal, harga BTC saat ini masih berada jauh di atas Moving Average (MA) 50 bulanan (±95.000). Kondisi itu menandakan bahwa tren panjang masih bullish, namun celah yang lebar memberi peluang harga menguji ulang area tersebut sebagai support.
Metrik Relative Strength Index (RSI) mingguan berada di angka 46, menggambarkan situasi netral tetapi lemah. Kemudian RSI bulanan berada di level 70, yang memperlihatkan penurunan baru dari area overbought.
Kombinasi keduanya menunjukkan bahwa puncak euforia sudah lewat dan momentum mulai menurun.
Selain itu, indikator Bollinger Bands, yang biasanya digunakan untuk membantu mengidentifikasi volatilitas pasar menunjukkan bahwa harga gagal menembus upper band (±128.900) dan justru berbalik turun. Sementara Middle band di kisaran US$103.000 kini menjadi target koreksi jangka pendek.
Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) mingguan memperlihatkan histogram mulai merah dan momentum kehilangan tenaga. MACD bulanan menggambarkan DIF dan DEA yang makin menyempit sehingga rawan akan terjadinya cross-down.
Metrik On-Balance Volume (OBV) mengendap di level yang stagnan, meskipun harga sempat mencetak ATH. Artinya, reli sebelumnya tidak benar-benar bertumpu pada masuknya arus dana baru.
Saat ini, pasar tengah bergerak dalam fase distribusi. Koreksi menuju area US$103.000–US$95.000 sangat mungkin terjadi sebelum arah besar berikutnya terbentuk.