Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Indeks Adopsi Kripto Global 2025

Posted on September 4, 2025

Laporan Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 menempatkan Indonesia di posisi ke-7 dunia untuk adopsi kripto berbasis akar rumput (grassroots adoption). Pencapaian ini masih tergolong tinggi, namun menunjukkan penurunan dibanding tahun lalu ketika Indonesia berhasil menembus lima besar.

Di peringkat atas, India memimpin dengan kokoh, disusul Amerika Serikat, Pakistan, dan Vietnam. Sementara itu, Brasil dan Nigeria berada sedikit di depan Indonesia. Kondisi ini menandakan bahwa persaingan adopsi kripto antarnegara semakin ketat, khususnya di kawasan Asia-Pasifik (APAC).

APAC Jadi Episentrum Pertumbuhan Kripto
Chainalysis mencatat, kawasan APAC tetap menjadi motor utama pertumbuhan adopsi kripto global dengan lonjakan volume transaksi on-chain hingga 69% sepanjang Juni 2024 – Juni 2025. Namun, pendorong utamanya datang dari India, Pakistan, dan Vietnam yang masif memanfaatkan kripto, baik untuk transaksi ritel maupun layanan DeFi.

Indonesia memang masih kuat di sektor ritel, tetapi perubahan metodologi dalam laporan tahun ini memberi pengaruh besar pada peringkat.

Dampak Perubahan Metodologi
Chainalysis 2025 menambahkan sub-indeks aktivitas institusional, yakni transaksi bernilai lebih dari US$1 juta. Indikator baru ini membuat negara-negara dengan ekosistem keuangan mapan, seperti Amerika Serikat, India, dan Brasil, mendapat keuntungan besar karena partisipasi institusi mereka tinggi, termasuk lewat produk ETF Bitcoin spot.

Sebaliknya, sub-indeks DeFi ritel yang sebelumnya menjadi keunggulan Indonesia justru dihapus. Menurut Chainalysis, DeFi dianggap sebagai aktivitas “niche” yang tidak mewakili adopsi akar rumput secara umum.

Langkah ini menuai kritik. Pengamat Kripto, Vinsensius Sitepu menilai, penghapusan indikator DeFi membuat potret adopsi menjadi timpang. “Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, DeFi justru pintu masuk utama jutaan pengguna ritel. Menyebutnya tidak relevan sama saja menutup mata terhadap pola adopsi kripto paling nyata di lapangan,” ujarnya dikutip Suara.

Menurut Vinsensius, perubahan metodologi ini cenderung menguntungkan negara dengan basis institusi besar, sementara Indonesia yang unggul di ritel dan DeFi tampak kehilangan daya saing.

Jalan yang Harus Ditempuh Indonesia
Meski begitu, Vinsensius menilai Indonesia tetap bisa mengimbangi dengan memperkuat dua sektor utama. Pertama, mendorong peningkatan jumlah dan aktivitas akun institusional di pasar spot lokal agar volume transaksi bernilai jumbo tercatat resmi. Kedua, membuka peluang hadirnya ETF kripto di bursa Indonesia agar investor institusional punya jalur yang aman dan legal.

“Kalau dua hal ini bisa diwujudkan, kekuatan ritel Indonesia yang sudah mapan akan semakin kokoh dengan dukungan institusional yang solid,” tambahnya.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Pasar Kripto Hari Ini 27 Agustus 2025: Bitcoin Bangkit, Reli Lanjut?
  • 5 Token Ekosistem Bitcoin Teratas di Pasar Kripto Tahun 2025
  • Kripto Indonesia Cetak Rekor Rp52 Triliun, Optimisme Tetap Kuat!
  • Indonesia Turun ke Peringkat 7 dalam Indeks Adopsi Kripto Global 2025
  • Dana Pensiun Guru California nvestasi ke Bitcoin Lewat MicroStrategy

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Alt Coin
  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme