Pasar kripto jatuh dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) hari ini turun lagi karena minimnya momuntum pasar di saat pasar keuangan di Amerika Serikat (AS) libur.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa (2/9/2025) pukul 6.10 WIB, kapitalisasi pasar kripto global jatuh 1,71% menjadi US$ 3,72 triliun dalam 24 jam. Kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) hari ini terlihat turun 0,73% dalam 24 jam terakhir. Saat ini, harga Bitcoin di level US$ 108.126 per koin atau setara Rp 1,77 miliar (kurs, Rp 16.437).
Pelemahan juga terjadi pada Ethereum (ETH) sebesar 4,08% menjadi US$ 4.264, XRP terpangkas 2,93% menjadi US$ 2,72, Binance (BNB) tergelincir 2,54% menjadi US$ 843, Solana anjok 4,84% menjadi US$ 194, dan Dogecoin (DOGE) terkoreksi 4,56% menjadi US$ 0,2.
Dikutip dari Cointelegraph, harga Bitcoin (BTC) masih bergerak dalam kisaran sempit pada perdagangan awal pekan ini. Sejak anjlok dari level US$112.500 pada Jumat (29/8/2025), Bitcoin hanya berfluktuasi tipis sekitar 2,3% dan kini bertahan di kisaran US$108.519.
Minimnya momentum pasar salah satunya dipengaruhi oleh tutupnya bursa reguler dan aktifitas keuangan lainnya di AS karena libur Hari Buruh. Namun, pasar derivatif Bitcoin menunjukkan semakin lemahnya keyakinan investor terhadap level support US$ 108 ribu.
Data CoinGlass memperkirakan sekitar US$390 juta posisi beli dengan leverage berisiko likuidasi jika harga Bitcoin turun ke bawah US$ 107 ribu. Sentimen kian negatif setelah muncul aksi jual besar dari investor besar (whale).
Seorang whale yang telah menahan Bitcoin lebih dari lima tahun tercatat menjual sekitar US$4 miliar BTC melalui bursa terdesentralisasi Hyperliquid pada 21 Agustus lalu. Dana hasil penjualan sebagian dipindahkan ke Ethereum (ETH), yang kini diperdagangkan di sekitar US$4.294.
Menurut Nicolai Sondergaard, analis Nansen, pergerakan ini menandakan adanya rotasi ke altcoin yang belakangan semakin diminati korporasi.
Di pasar derivatif, opsi jual (put) Bitcoin saat ini diperdagangkan dengan premi 7% dibandingkan opsi beli (call). Skew Deribit yang bertahan di atas ambang netral 6% selama sepekan terakhir mencerminkan sentimen bearish. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar ragu support US$ 108 ribu akan mampu bertahan.
Sementara itu, premi tahunan kontrak berjangka bulanan Bitcoin hanya 7%, masih dalam zona netral 5–10%. Indikator ini terakhir kali menunjukkan sinyal bullish pada 24 Agustus, setelah Bitcoin reli ke US$ 117 ribu pasca pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang memicu harapan pelonggaran kebijakan moneter.
Di saat harga emas naik 2,1% sejak Jumat, Bitcoin justru mencatat penurunan 12,5% dari rekor tertinggi 14 Agustus lalu. Perbedaan arah pergerakan ini menambah kekhawatiran apakah pelemahan BTC hanya faktor spesifik kripto atau juga terkait risk-off global.
Pada Jumat, dana ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus keluar bersih (net outflows) sebesar US$127 juta, memperlihatkan investor masih enggan menambah eksposur.
Selain faktor internal kripto, pasar juga menyoroti lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 20 tahun yang menyentuh level tertinggi sejak 1998. Investor kini menuntut imbal hasil lebih besar untuk menahan obligasi, mencerminkan ekspektasi inflasi lebih kuat atau pelemahan mata uang. Kondisi ini berpotensi menekan keuangan negara di Eropa.
Ke depan, pergerakan Bitcoin diperkirakan bergantung pada data tenaga kerja AS yang akan dirilis Jumat (5/9/2025). Jika tingkat pengangguran meningkat, hal itu bisa menjadi katalis positif bagi aset berisiko, termasuk kripto, karena memperbesar peluang The Fed memangkas suku bunga lebih cepat