JP Morgan Indonesia melihat bahwa secara keseluruhan, hasil laporan kinerja kuartal kedua 2025 emiten mengonfirmasi kelemahan yang telah diperkirakan, yang telah tercermin dalam harga pasar.
JP Morgan menaksir pelonggaran suku bunga dapat memicu revaluasi pasar ekuitas atau saham Indonesia, yang saat ini diperdagangkan pada valuasi menarik sebesar 12x P/E. Mereka juga memperkirakan arus dana asing akan kembali meningkat apabila tekanan eksternal maupun internal membaik. Ini menandakan masih banyak saham bagus dengan valuasi menarik.
“Prospek ekonomi Indonesia untuk sisa tahun 2025 tetap menjanjikan, didorong oleh stimulus fiskal, perjanjian perdagangan, dan pelonggaran kebijakan moneter yang membuka jalan bagi pertumbuhan berkelanjutan. Valuasi pasar yang menarik dan kebijakan strategis juga memberi prospek cerah pada sektor-sektor tertentu seperti barang konsumsi, properti, dan perbankan,” ujar CEO & Senior Country Officer JP Morgan Indonesia, Gioshia Ralie dikutip dari lembar fakta, Jumat (5/9/2025).
“Rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) yang baru diumumkan turut memperkuat optimisme ini, dengan keseimbangan antara dorongan pertumbuhan dan disiplin fiskal,” lanjutnya.
Adapun indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah 0,23% ke level 7.867,34 pada perdagangan Kamis (4/9/2025) kemarin. Sebanyak 398 saham memerah, 260 saham hijau, dan 147 saham stagnan. Dalam tiga bulan terakhir, IHSG melompat 11,68%.
Meski demikian, masih terdapat sejumlah saham ‘elite‘ yang kena net sell banyak. Dalam periode 9 April 2025-4 September 2025 di pasar reguler, BBCA menderita net sell asing Rp 12,20 triliun, tertinggi di antara yang lain. Lalu BMRI net sell asing Rp 6,12 triliun, ADRO net sell asing Rp 2,97 triliun, ICBP net sell asing Rp 1,51 triliun, dan BBNI net sell asing Rp 949,9 miliar.