Jakarta – Harga Bitcoin melonjak sekitar 4 persen dalam sepekan terakhir dan sempat menembus level USD 116 ribu pada Jumat (12/9/2025). Kenaikan ini dipicu ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan, sehingga aset berisiko seperti saham dan kripto kembali menarik.
Sentimen positif juga muncul meski data ekonomi AS menunjukkan pelemahan. Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan penambahan hanya 22.000 lapangan kerja pada Agustus 2025, sementara tingkat pengangguran naik ke 4,3 persen. Revisi data bahkan mencatat pemangkasan hingga 1 juta lapangan kerja, terbesar dalam sejarah AS.
Di sisi lain, indeks S&P 500 ditutup di rekor tertinggi selama dua hari berturut-turut, sejalan dengan optimisme penurunan suku bunga. Aksi harga Bitcoin pun tetap konstruktif dengan higher low di USD 107.500 dan rata-rata pergerakan 200 hari meningkat ke USD 102.083.
Namun, lonjakan harga Bitcoin belum sepenuhnya menguntungkan MicroStrategy (MSTR), perusahaan pemegang BTC terbesar. Saham MSTR stagnan dan bahkan turun ke USD 326, di bawah rata-rata pergerakan 200 hari. Perusahaan yang dipimpin Michael Saylor ini juga gagal masuk ke indeks S&P 500 dalam rebalance terbaru, berbeda dengan Robinhood Market yang berhasil masuk daftar bergengsi tersebut.
Saat ini MicroStrategy tercatat memegang 636.505 BTC senilai sekitar USD 70 miliar (Rp 1.148 triliun).