Seorang Bitcoin holder lama mendadak aktif kembali setelah 12 tahun tidak tersentuh. Data dari Arkham Intelligence menunjukkan dompet berisi 400 BTC (senilai lebih dari Rp737 miliar dengan kurs Rp16.691/USD) melakukan transaksi pada Minggu, 29 September 2025.
Langkah ini langsung menarik perhatian pasar, karena orang dengan alamat dompet “1ArUGfCLfuopJpmvXJoE5aKfYFLpxzwaWT” pertama kali menerima Bitcoin pada November 2013, saat harganya hanya sekitar $720 per BTC (Rp12 juta).
Kini, harga Bitcoin sudah menembus lebih dari $114.000 (Rp1,90 miliar), melonjak hampir 16.000% sejak saat itu.
Siapakah Pemilik Akun Tersebut?
Pada 2013, harga terendah Bitcoin masih $13 (Rp217 ribu) sebelum meroket ke $1.132 (Rp18,9 juta) di akhir tahun.
Banyak dompet lama yang mendapatkan untung besar dari Bitcoin seperti ini diyakini milik penambang awal yang menggunakan komputer rumahan untuk menghasilkan Bitcoin.
Namun, saat ini kondisi sudah jauh berbeda. Industri mining saat ini dikuasai perusahaan besar dengan ribuan mesin khusus (ASIC) di gudang raksasa. Karena itu, setiap kali dompet lawas bergerak, pasar menganggapnya sebagai potensi aksi jual besar.
Whale Aktif, Pasar Tegang
Fenomena whale aktif bukan pertama kali terjadi tahun ini. Pada Juli 2025 lalu, seorang investor era awal Bitcoin menjual lebih dari 80.000 BTC (senilai Rp149 triliun saat itu) setelah 14 tahun diam.
Penjualan tersebut sempat mengejutkan pasar sebelum akhirnya dikonfirmasi dikelola oleh Galaxy, sebuah perusahaan investasi institusional kripto.
Kali ini, meski hanya 400 BTC yang bergerak, sentimen pasar langsung terpengaruh. Banyak trader menafsirkan langkah ini sebagai tanda persiapan jual, meski belum ada konfirmasi apakah pemilik benar-benar melepas asetnya.
Sentimen Pasar Masih Bullish
Meski pergerakan whale memicu ketegangan, prediksi pasar masih condong positif.
Data dari Myriad, sebuah platform prediksi, menunjukkan 58% partisipan lebih percaya Bitcoin akan menembus $125.000 (Rp2,08 miliar) dibanding turun ke $105.000 (Rp1,75 miliar) dalam waktu dekat.