Oktober identik dengan istilah “Uptober”, sebuah istilah populer di komunitas kripto karena Bitcoin (BTC) hampir selalu mencetak bulan hijau.
Dalam 10 tahun terakhir, BTC sembilan kali ditutup positif di Oktober, termasuk reli +50% pada 2017 dan +40% di 2021. Fenomena ini membuat banyak trader berharap tren yang sama berulang.
Data Glassnode menunjukkan Holder Retention Rate BTC jatuh ke 80,17% sejak pertengahan September.
Indikator ini menandakan lebih banyak pemilik jangka panjang melepas asetnya atau memindahkannya ke exchange kripto.
Penurunan retensi ini memperlemah fondasi permintaan jangka panjang, membuat harga BTC rawan goyah.
Uptober: Meme, Psikologi, atau Realita Pasar?
Uptober bukan hanya data historis, tapi juga fenomena psikologis. Trader ritel di media sosial menjadikannya meme, berharap Oktober selalu membawa cuan. Fenomena ini mirip dengan “Santa Claus Rally” di pasar saham.
Namun, analis profesional menilai faktor musiman ini hanya sebagian kecil. Institusi lebih fokus pada fundamental seperti kebijakan The Fed, aliran modal ETF spot AS yang rata-rata serapannya mencapai $150 juta per hari, serta kondisi geopolitik global.
Dengan Fed mulai melonggarkan kebijakan, ada optimisme hati-hati bahwa kuartal keempat bisa lebih positif, meskipun risiko inflasi dan tensi geopolitik tetap membayangi.
KuCoin Ventures bahkan menyoroti bahwa geopolitik bisa menjadi penentu utama Uptober. Contohnya, Presiden Trump menyatakan Hamas memiliki “tiga atau empat hari” untuk merespons rencana perdamaian yang diajukannya terkait Gaza.
Situasi ini bisa berkembang ke arah eskalasi atau perdamaian, dan kedua skenario akan langsung berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Bitcoin.
“Apakah Oktober ini jadi Uptober atau Downtober akan bergantung pada bagaimana faktor-faktor tersebut selaras. Meski begitu, sejarah menunjukkan bahwa bertaruh melawan Bitcoin di Oktober adalah langkah yang berani,” ujar Iliya Kalchev dari Nexo dikutip dari Decrypt.