Pemerintah Amerika Serikat resmi menghentikan sebagian besar operasinya per hari ini (1/10/2025) setelah Kongres gagal menyetujui rancangan anggaran.
Kebuntuan politik antara Demokrat dan Republik membuat sekitar 750.000 hingga 800.000 pegawai federal tidak menerima gaji.
Layanan publik dari transportasi hingga taman nasional ikut terdampak. Ini adalah shutdown pertama sejak 2018, namun kali ini disebut lebih serius karena ancaman pemotongan anggaran permanen membayangi.
Ketidakpastian Politik Menekan Pasar
Meskipun shutdown tidak langsung menghantam harga crypto, ketidakpastian politik membawa efek samping.
Penundaan rilis data ekonomi seperti inflasi dan ketenagakerjaan membuat investor kesulitan membaca arah pasar.
Selain itu, lembaga regulator seperti Securities and Exchange Commission (SEC) kini beroperasi dengan staf kurang dari 10%, menyebabkan review produk investasi baru terganggu.
Hal ini menimbulkan keraguan apakah momentum bullish crypto di kuartal keempat dapat terus berlanjut.
ETF Crypto Berpotensi Molor
Salah satu sektor yang paling terdampak adalah ETF crypto. Sebelumnya, ada optimisme bahwa approval spot Solana ETF dari VanEck, 21Shares, dan Grayscale bisa diraih awal Oktober.
Namun dengan shutdown, proses persetujuan S-1 filing kini terhenti. Para analis menilai ETF tidak dianggap layanan esensial, sehingga finalisasi persetujuan harus menunggu hingga pendanaan pemerintah kembali normal.
Selain ETF, RUU Digital Asset Market Clarity Act—yang seharusnya memberi kejelasan regulasi aset digital di AS—juga diperkirakan tertunda. Hal ini memperpanjang ketidakpastian hukum bagi industri crypto di negeri tersebut.