Jakarta – Harga Bitcoin melesat menembus USD 120.000 atau sekitar Rp 2 miliar pada Sabtu (4/10/2025). Kenaikan ini terjadi setelah penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) menghentikan rilis data ekonomi resmi, sehingga memicu spekulasi bahwa The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga lebih cepat.
Lonjakan tersebut memperkuat pandangan bahwa Bitcoin semakin dipandang sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian makroekonomi. Kenaikan harga juga menular ke sejumlah altcoin utama seperti Ethereum, Solana, dan XRP yang turut mencatat penguatan signifikan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, memperingatkan bahwa penutupan pemerintah dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan pekerja. Meski begitu, belum ada pernyataan resmi dari Ketua The Fed Jerome Powell maupun tokoh kripto terkait lonjakan ini.
Selain itu, meningkatnya minat terbuka (open interest) pada kontrak berjangka dan opsi BTC menambah volatilitas pasar. Sejarah menunjukkan penutupan pemerintah AS biasanya memicu gejolak aset berisiko, namun kali ini pasar kripto justru memanfaatkan momentum untuk menguat.