Kalau kamu aktif mengikuti pasar kripto, pasti sering banget dengar nama token baru yang tiba-tiba jadi bahan obrolan. Ada rasa penasaran, tapi di sisi lain muncul juga keraguan: apakah proyek ini serius atau cuma hype sementara? Salah satunya adalah Keeta (KTA), sebuah aset kripto baru yang dalam waktu dekat akan segera hadir di crypto exchange Indodax.
Daripada ikut-ikutan euforia tanpa dasar, lebih baik kita bedah bareng-bareng: apa itu Keeta, bagaimana teknologi dan tokenomics-nya, serta apa yang perlu kamu pahami sebelum memutuskan untuk ikut bertransaksi.
Apa Itu Keeta (KTA)?
Untuk memahami Keeta, bayangkan sebuah blockchain Layer-1 yang dirancang bukan hanya cepat, tapi juga patuh regulasi. Keeta mengklaim mampu menangani hingga 10 juta transaksi per detik dengan waktu finalisasi sekitar 400 milidetik. Token bawaannya adalah KTA, yang berperan sebagai utility token dalam seluruh aktivitas jaringan.
Menariknya, proyek ini tidak sekadar berbicara tentang kecepatan. Visi Keeta adalah menjadi fondasi bagi pembayaran global yang lebih aman, terhubung dengan sistem keuangan tradisional, dan siap mendukung tokenisasi aset di masa depan.
Jadi, bukan hanya sekadar blockchain, tapi juga ekosistem yang ingin relevan dengan kebutuhan dunia nyata.
Hubungan Keeta dengan Base
Setelah mengenal konsep dasarnya, wajar kalau kamu bertanya: bagaimana cara Keeta masuk ke ekosistem kripto yang sudah ramai? Jawabannya adalah Base, jaringan Layer-2 buatan Coinbase. Keeta meluncurkan anchor di Base, yang memungkinkan koneksi lintas rantai agar transaksi lebih mudah berpindah.
Dengan langkah ini, Keeta menunjukkan strategi awal: bukan langsung membangun ekosistem sendiri yang berdiri sendirian, tapi memanfaatkan interoperabilitas untuk memperluas jangkauan. Buat trader, ini juga berarti KTA bisa langsung diperdagangkan di DEX populer di jaringan Base, salah satunya Aerodrome dengan pair KTA/WETH.