Jakarta – Pasar aset digital kembali bergeliat setelah Bitcoin menembus rekor tertinggi sepanjang masa di USD 126.000 per koin atau sekitar Rp2,1 miliar. Lonjakan ini menandai tonggak baru bagi industri kripto global dan mempertegas posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
Dalam setahun terakhir, harga Bitcoin hampir berlipat dua kali dan kini stabil di kisaran USD 124.700, disertai penguatan Ethereum ke USD 4.600 dan XRP ke USD 2,9.
Reli harga ini dipicu oleh masuknya dana institusional besar, penguatan produk ETF Bitcoin dari perusahaan seperti BlackRock dan Fidelity, serta menurunnya cadangan Bitcoin di bursa ke level terendah dalam enam tahun. Kondisi tersebut menunjukkan banyak investor memilih menyimpan Bitcoin untuk jangka panjang.
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai pencapaian ini bukan sekadar euforia pasar, melainkan bukti bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru dan kini diakui sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset oleh lembaga keuangan besar dunia.
Antony menjelaskan, volume perdagangan di INDODAX melonjak 50% dalam sepekan terakhir, dengan nilai transaksi mencapai Rp1 triliun pada hari rekor tersebut. Ia menyebut tren ini menunjukkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap kripto semakin kuat, didukung regulasi dan pengawasan yang semakin matang dari OJK.
Menurutnya, Bitcoin kini berfungsi sebagai “emas digital” modern dengan suplai terbatas 21 juta unit. Namun, ia mengingatkan investor agar tetap rasional dan disiplin dalam berinvestasi, termasuk menerapkan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk menghadapi volatilitas pasar.
Selain Bitcoin, Antony juga menilai momentum bullish ini akan memberi dampak positif pada altcoin utama seperti Ethereum dan XRP, menandakan seluruh ekosistem kripto tengah memasuki fase pertumbuhan baru.