Kerajaan Bhutan resmi memindahkan sistem identitas nasionalnya ke jaringan Ethereum, menjadikannya salah satu negara pertama di dunia yang menggunakan teknologi blockchain publik untuk penyimpanan dan verifikasi identitas warganya. Langkah ini menandai era baru dalam tata kelola digital yang lebih transparan, aman, dan terdesentralisasi.
Dalam postingan di X pada Selasa (14/10/2025), Presiden Ethereum Foundation, Aya Miyaguchi, mengatakan proses integrasi dengan Ethereum telah rampung, sementara migrasi penuh seluruh data identitas sekitar 800 ribu warga Bhutan ditargetkan selesai pada kuartal pertama 2026.
Peluncuran resmi proyek ini turut dihadiri oleh Perdana Menteri Bhutan, Tshering Tobgay, Putra Mahkota Jigme Namgyel Wangchuk, serta salah satu pendiri Ethereum, Vitalik Buterin.
Miyaguchi menyebut langkah Bhutan sebagai “terobosan dunia” yang menunjukkan komitmen sebuah negara untuk memberdayakan warganya melalui konsep self-sovereign identity atau identitas digital yang dikendalikan sepenuhnya oleh individu.
Ia menambahkan bahwa penggunaan Ethereum dalam proyek ini “tidak hanya menjadi pencapaian nasional, tetapi juga tonggak global menuju masa depan digital yang lebih terbuka dan aman.”
Evolusi Teknologi Identitas Digital Bhutan
Sebelum beralih ke Ethereum, sistem identitas nasional Bhutan sempat dijalankan di jaringan Polygon sejak Agustus 2024, dan sebelumnya di Hyperledger Indy. Dengan adopsi Ethereum, Bhutan kini menjadi negara pertama yang mengoperasikan sistem identitas nasional sepenuhnya di jaringan publik berskala global.
Langkah ini menunjukkan kepercayaan tinggi Bhutan terhadap keamanan dan transparansi blockchain, terutama dengan penerapan fitur zero-knowledge proof (ZKP) yang memungkinkan verifikasi data tanpa mengungkapkan informasi pribadi pengguna. Negara lain seperti Brasil dan Vietnam juga tengah menguji sistem serupa, meski belum sampai tahap nasional penuh.
Miyaguchi mengapresiasi peran besar tim National Digital Identity dan GovTech Bhutan dalam proses integrasi ini, serta kontribusi komunitas kripto lokal yang turut mempercepat adopsi teknologi blockchain di tingkat pemerintahan.
Bhutan dikenal sebagai negara yang mengukur kesejahteraan rakyatnya lewat Indeks Kebahagiaan Nasional Bruto, bukan sekadar indikator ekonomi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, negara di pegunungan Himalaya ini juga menjadi salah satu pelopor adopsi kripto di Asia Selatan.
Menurut data BitcoinTreasuries, Bhutan kini menjadi negara dengan kepemilikan Bitcoin terbesar kelima di dunia, dengan total 11.286 BTC senilai sekitar US$1,31 miliar atau sekitar Rp21,6 triliun. Sebagian besar aset tersebut diperoleh melalui kegiatan mining yang memanfaatkan energi terbarukan dari pembangkit listrik tenaga air di wilayah pegunungan.