Total kini ada 172 perusahaan publik yang memegang Bitcoin, naik 38% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Nilai total kepemilikan tersebut mencapai $117 miliar atau sekitar Rp1.800 triliun, meningkat 28% secara kuartalan.
Jumlah koin yang disimpan juga menembus 1 juta BTC, setara 4,87% dari total suplai Bitcoin di pasar.
Konsolidasi institusional ini dipimpin oleh MicroStrategy, perusahaan milik Michael Saylor, yang kini menggenggam 640.250 BTC setelah pembelian terbarunya pada 6 Oktober.
Di posisi kedua, MARA Holdings menambah kepemilikan menjadi 53.250 BTC, mengikuti tren akumulasi jangka panjang.
Analis dari BTC Markets, Rachael Lucas, menyebut fenomena ini sebagai sinyal kuat bahwa “institusi besar sedang menggandakan kepemilikan mereka, bukan mundur dari pasar.”
Ia menilai, akumulasi ini adalah bagian dari strategi keuangan jangka panjang, bukan sekadar spekulasi.
Akumulasi Diam-Diam, Dampak ke Harga Belum Langsung Terasa
Menariknya, sebagian besar pembelian dilakukan melalui over-the-counter (OTC) untuk menghindari lonjakan harga di pasar spot.
Karena itu, efek akumulasi korporasi terhadap harga Bitcoin belum terasa secara instan. Namun, secara fundamental, langkah ini menyerap suplai pasar dan berpotensi menciptakan supply shock di fase berikutnya.
Menurut Edward Carroll dari MHC Digital Group, fase ini bisa menjadi titik awal menuju supercycle baru jika tren permintaan institusional terus meningkat.
Ia menilai “permintaan terstruktur dan konsisten dari korporasi akan menekan pasokan, mendorong harga Bitcoin naik dalam jangka menengah.”