Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Crypto Memanas! 3 Isu Besar Pekan Ini yang Bikin Trader Deg-degan

Posted on October 18, 2025

Pekan pertengahan Oktober 2025 jadi salah satu periode paling menegangkan bagi pasar crypto sepanjang tahun.

Setelah sempat menembus rekor tertinggi baru, Bitcoin (BTC) dan aset digital lain tiba-tiba terjun bebas dan memicu kepanikan massal dan dugaan adanya pergerakan besar di balik layar.

Di sisi lain, komentar terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi secercah harapan baru: era pengetatan moneter segera berakhir dan pelonggaran likuiditas akan dimulai.

Gabungan faktor ini membuat pasar crypto bergejolak hebat dan berada di antara fear dan hope hanya dalam satu pekan. Berikut tiga isu besar yang bikin trader deg-degan minggu ini.

  1. Dari All-time High ke Bloodbath: $19 Miliar Menguap, Siapa Dalangnya?
    Setelah reli panas di awal Oktober, pasar crypto mengalami pukulan keras. Hanya dalam dua hari, lebih dari $600 juta posisi ber-leverage dilikuidasi, dan dalam puncak kekacauan di akhir pekan, $19 miliar kapitalisasi pasar lenyap dalam semalam.

Awalnya, penurunan harga dianggap hanya koreksi teknikal setelah Bitcoin gagal bertahan di atas $126.000. Namun, situasi berubah drastis ketika muncul peristiwa yang disebut banyak analis sebagai Crypto Bloodbath Oktober 2025.

Pada 11 Oktober 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 100% untuk ekspor teknologi asal Tiongkok, langkah yang langsung mengguncang pasar global.

Saham teknologi ambruk, dan pasar crypto ikut terseret turun, Bitcoin anjlok lebih dari 10% ke $104.000, Ethereum (ETH) terkoreksi 4%, dan altcoin besar bahkan kehilangan hingga setengah nilainya.

Namun yang paling mencurigakan adalah pergerakan short besar di bursa derivatif Hyperliquid (HYPE).

Sekitar 30 menit sebelum pengumuman Trump, sebuah dompet anonim mentransfer $160 juta USDC dan membuka posisi short senilai lebih dari $1 miliar pada Bitcoin dan Ethereum.

Posisi itu ditutup tepat di titik terendah pasar dan menghasilkan profit diperkirakan $160–200 juta

Beberapa analis menduga aktivitas ini mungkin dijalankan oleh algoritma yang memantau berita makro secara real-time, sementara sebagian lain menilai potensi insider trading tak bisa diabaikan.

Masalah makin runyam ketika Binance mengalami glitch sistem collateral, yang menyebabkan valuasi jaminan (seperti USDe dan wBETH) turun tiba-tiba di internal sistem, padahal harga aset di luar masih stabil.

Akibatnya, ribuan akun trader terkena likuidasi paksa hingga $1 miliar, bahkan sebelum “Trump Shock” terjadi. Efek domino pun meluas, mempercepat kejatuhan pasar dalam hitungan jam.

  1. Arthur Hayes: Siklus 4 Tahun Bitcoin Sudah Berakhir
    Di tengah kekacauan market, muncul pandangan baru dari tokoh lama Arthur Hayes, pendiri BitMEX. Dalam tulisan berjudul The Long Bull, Hayes menyebut siklus 4 tahunan Bitcoin yang biasa mengikuti pola halving kini sudah tidak relevan lagi.

Menurutnya, harga Bitcoin kini jauh lebih ditentukan oleh likuiditas global dan kebijakan moneter AS serta China, bukan lagi oleh halving miner reward seperti dulu.

“Pasokan dolar dan yuan kini jadi bahan bakar utama. Saat dua ekonomi terbesar ini melonggarkan kebijakan, Bitcoin akan ikut naik,” tulis Hayes.

Ia juga menyoroti perubahan struktur pasar crypto yang kini didominasi oleh dana institusional dan ETF spot, bukan lagi investor ritel.

Kondisi ini membuat pergerakan Bitcoin jauh lebih sinkron dengan arus uang global daripada siklus historis 4 tahunan.

Hayes menilai, dengan AS yang kini mendekati fase Quantitative Easing dan China mulai melonggarkan kebijakan fiskal, Bitcoin
tengah memasuki “era bull baru” yang lebih panjang dan lebih dalam.

  1. Jerome Powell Sinyalkan QE, Bull Run Bisa Hidup Lagi
    Setelah badai koreksi dan teori makro Hayes, kabar paling ditunggu akhirnya datang dari Ketua The Fed, Jerome Powell.

Dalam pidatonya di Philadelphia, ia mengonfirmasi bahwa era Quantitative Tightening (QT) akan segera berakhir, dan fase Quantitative Easing (QE) akan dimulai untuk menjaga stabilitas pasar.

“Kita mungkin mendekati akhir kontraksi neraca The Fed. Likuiditas harus tetap dijaga agar sistem keuangan tetap kuat,” ujar Powell.

Pernyataan itu langsung memicu relief rally. Bitcoin naik sekitar 3%, memantul dari support kuat $110.000, sementara altcoin besar seperti Ethereum, Solana (SOL), dan BNB ikut menguat.

Secara historis, kebijakan QE selalu menjadi katalis positif bagi aset berisiko. Dengan likuiditas kembali deras dan suku bunga berpotensi dipangkas, pasar menilai fase baru bull run 2025–2026 sudah di depan mata.

Bahkan beberapa analis menyebut rotasi modal dari emas ke Bitcoin mulai terlihat, seiring harga emas yang kini mencapai level overbought.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Harga Kripto Runtuh Lagi! Apa yang Bikin Bitcoin dan Altcoin Anjlok Hari Ini?
  • Bitcoin (BTC) Masuki Fase Ujian, Bisakah Pulih di Akhir 2025?
  • Harga Kripto Melemah Serempak, Bitcoin Anjlok ke Rp 1,69 Miliar
  • Harga Kripto Kembali Anjlok, Bitcoin Terkoreksi ke Rp 1,69 Miliar per Koin
  • AS Jatuhkan Sanksi ke Jaringan Kripto Korea Utara, Terkait Pencucian Uang USD 3 Miliar

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • November 2025
  • October 2025
  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Alt Coin
  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme