Filosofi “Trust Scarcity” Kembali Terbukti
Robert Kiyosaki dikenal karena prinsipnya yang ekstrem terhadap uang fiat. Ia kerap menyerukan agar investor “menolak uang kertas” dan beralih pada aset dengan kelangkaan alami (scarce assets) seperti logam mulia dan crypto.
Filosofi itu kembali terbukti tahun ini. Kenaikan harga emas dan perak dipicu meningkatnya permintaan lindung nilai terhadap inflasi, sementara Bitcoin didorong oleh arus masuk institusional dan permintaan ETF spot yang terus menguat.
“Distrust fiat, trust scarcity” adalah semboyan yang dulu dianggap kontroversial, kini kembali relevan di tengah tren pelonggaran moneter dan kekhawatiran pelemahan dolar AS.
Catatan Panjang: Dari 2017 hingga Kini
Kiyosaki pertama kali menyebut Bitcoin pada Agustus 2017, saat harganya baru sekitar $4.300. Kala itu, ia menyarankan pembelian kecil sebagai lindung nilai meski masih ragu pada prospeknya.
Seiring waktu, ia makin vokal. Pada 2021, ia memperingatkan investor untuk “beli emas, perak, dan Bitcoin sebelum crash besar.”
Tahun berikutnya, ia menambahkan Ethereum (ETH) dan Solana (SOL) dalam portofolionya.
Mereka yang mengikuti arahannya sejak awal kini mencatat kenaikan lebih dari 14 kali lipat jika dibandingkan dengan data simulasi jangka panjang yang dihimpun Finbold.
Tren 2025: Aset Nyata Semakin Dominan
Kinerja positif portofolio Kiyosaki menegaskan tren global menuju aset nyata dan terbatas (hard assets).
Kombinasi antara ketidakpastian geopolitik, pemangkasan suku bunga, dan pencetakan uang besar-besaran telah mendorong investor mencari “penyimpan nilai” alternatif di luar sistem keuangan konvensional.
Emas dan perak kini mencetak rekor harga tertinggi baru, sementara Bitcoin terus menunjukkan ketahanan di atas level psikologis $110.000, meski volatilitas tetap tinggi.
Kesimpulan
Kenaikan hampir 40% pada portofolio ala Kiyosaki menunjukkan bahwa strategi berbasis kelangkaan dan nilai riil masih relevan di 2025.
Baik emas, perak, maupun Bitcoin, terbukti menjadi pilihan kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Meski begitu, penting diingat bahwa portofolio semacam ini juga membawa risiko volatilitas tinggi, terutama di sisi crypto.
Namun, bagi investor jangka panjang, tren ini memperkuat keyakinan bahwa diversifikasi ke aset terbatas tetap layak dipertimbangkan.