Harga XRP berpotensi melanjutkan reli signifikan pada November 2025, dengan target teknikal di kisaran $2.75–$3.00, bahkan bisa menembus $3 jika momentum bullish terus bertahan.
Analisis teknikal dan data on-chain terbaru mengindikasikan bahwa token ini sedang memasuki fase akumulasi besar-besaran oleh investor institusional.
Akumulasi Whale Capai Rp16 Triliun, Ciptakan Supply Shock
Salah satu pemicu utama optimisme datang dari aksi Evernorth, perusahaan yang dilaporkan membeli 388,71 juta XRP senilai lebih dari $1 miliar.
Pembelian besar ini menandakan pergeseran aset dari bursa ke cold storage, yang secara historis mengurangi tekanan jual di pasar.
Menurut data Glassnode, perpindahan tersebut menciptakan salah satu penurunan posisi bersih terbesar dalam sejarah XRP di bursa, yakni -2,78 juta XRP pada 19–20 Oktober 2025.
Kondisi ini disebut sebagai “supply shock”, karena pasokan XRP yang tersedia untuk diperdagangkan menurun drastis, membuka peluang kenaikan harga dalam jangka pendek.
Transisi ini memperkuat sinyal bahwa para pelaku besar sedang menyiapkan posisi untuk pergerakan harga yang lebih tinggi, bukan spekulasi jangka pendek.
Pola Fraktal dan Fibonacci Ulangi Skenario Bullish
Dari sisi teknikal yang dilansir dari Cointelegraph, terdapat pola fraktal yang mirip dengan fase reli XRP pada April dan Juni 2025.
Saat itu, harga sempat melonjak dari area support jangka panjang menuju zona retracement Fibonacci 0.5–0.618, dengan target di $3.20–$3.40.
Kini, pola yang sama terlihat kembali. RSI yang netral memperlihatkan ruang kenaikan menuju $2.77, yang bertepatan dengan area Fibonacci 0.382 dan EMA 20 hari.
Jika level ini berhasil ditembus, XRP berpotensi meniru lonjakan April lalu dengan kenaikan 12–18% hingga kisaran $2.75–$3.00.
Transisi teknikal ini menunjukkan momentum pasar mulai kembali ke arah bullish setelah tekanan koreksi di Oktober.
Data Likuidasi Short Bisa Picu Lonjakan Tambahan
Analisis CoinGlass mengungkapkan bahwa ada sekitar $39 juta posisi short XRP yang terjebak di area $2.68.
Jika harga menembus level ini, kemungkinan besar akan terjadi short squeeze, di mana posisi trader yang melawan arah pasar otomatis terlikuidasi.
Fenomena ini sering menjadi katalis tambahan bagi reli harga jangka pendek, karena lonjakan permintaan mendadak dari posisi short yang ditutup memicu kenaikan cepat menuju area target teknikal.