Jakarta – Penulis buku keuangan terkenal Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali membuat pernyataan berani dengan memprediksi bahwa harga Bitcoin (BTC) dapat melesat hingga USD 200.000 atau sekitar Rp 3,3 miliar pada akhir tahun 2025.
Prediksi ini disampaikan Kiyosaki melalui akun X (Twitter)-nya di tengah kondisi pasar kripto yang bergejolak, setelah harga Bitcoin sempat turun di bawah USD 113.000. Meski demikian, ia menilai fluktuasi harga hanyalah fenomena jangka pendek dan menekankan pentingnya mengumpulkan aset nyata seperti emas, perak, dan Bitcoin sebagai perlindungan terhadap inflasi.
Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin turun lebih dari 1% dan sempat menyentuh level USD 113.000, dengan volume perdagangan meningkat hingga 40% menjadi USD 67 miliar. Penurunan ini dikaitkan dengan ketidakpastian pasar menjelang keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait pemangkasan suku bunga yang diperkirakan sebesar 25 basis poin (bps).
Beberapa analis menilai koreksi ini masih tergolong wajar. Michael van de Poppe menyebut tren jangka menengah Bitcoin tetap positif selama harga bertahan di atas USD 112.000, sementara analis Jelle memperkirakan BTC bisa naik kembali ke USD 116.000 dalam waktu dekat.
Analis Ali Martinez bahkan memprediksi jika Bitcoin menembus USD 120.000, aset digital tersebut berpotensi mencetak rekor tertinggi baru di kisaran USD 143.000.
Optimisme pasar juga didorong oleh arus dana masuk ke ETF Bitcoin Spot di AS, yang mencatat inflow sebesar USD 202,4 juta pada 28 Oktober. Jika tren positif ini berlanjut, para pakar memperkirakan harga Bitcoin bisa terus menguat seiring meningkatnya kepercayaan institusional terhadap aset kripto terbesar di dunia ini.