Jakarta – Perusahaan kripto Strategy milik Michael Saylor dilaporkan mentransfer 22.704 Bitcoin (BTC) senilai sekitar USD 2,45 miliar atau Rp 40,77 triliun ke beberapa dompet baru dalam waktu sembilan jam, menurut data Arkham. Langkah ini menarik perhatian luas di pasar kripto karena besarnya nilai transaksi tersebut.
Dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu (31/10/2025), pergerakan besar ini terjadi beberapa jam setelah Strategy melaporkan laba bersih kuartal III sebesar USD 2,8 miliar (Rp 46,59 triliun) dan laba per saham terdilusi USD 8,42, melampaui ekspektasi Wall Street.
Strategy kini menjadi pemegang Bitcoin korporat terbesar di dunia, dengan total 640.808 BTC senilai USD 70,28 miliar (Rp 1.169 triliun), meningkat dari 597.325 BTC pada awal kuartal.
Analis kripto Emmett Gallic menilai, transfer besar-besaran ini kemungkinan terkait peralihan kustodian atau peningkatan keamanan internal, bukan aksi jual. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Michael Saylor yang menegaskan pihaknya tetap berfokus membeli Bitcoin, bukan menjual. Ia bahkan memprediksi harga Bitcoin akan mencapai USD 150.000 pada akhir 2025.
Chief Financial Officer Strategy, Andrew Kang, menambahkan bahwa perusahaan telah mencatat imbal hasil BTC sebesar 26% dan keuntungan USD 13 miliar (Rp 214,6 triliun) sepanjang 2025. Ia juga menegaskan panduan keuangan tahun penuh dengan laba operasional USD 34 miliar dan EPS USD 80 per saham, mengacu pada proyeksi harga Bitcoin yang terus menguat.
Sementara itu, analis Ajaib, Panji Yudha, menyoroti bahwa pergerakan harga Bitcoin pekan ini didominasi sentimen makroekonomi dan geopolitik. Pada 27 Oktober 2025, BTC sempat menyentuh USD 114.500, naik 10,6% dari posisi terendah USD 103.530.
Kenaikan ini didorong oleh korelasi negatif dengan emas, di mana harga token emas (XAUT) turun lebih dari 8% dari rekor tertingginya, menandakan investor mulai beralih dari aset safe haven ke aset berisiko seperti Bitcoin.
Panji menyebut dua faktor utama yang akan memengaruhi sentimen pasar, yakni keputusan suku bunga The Federal Reserve pada 29 Oktober dan KTT AS–China pada 30 Oktober 2025. Kedua agenda ini, menurutnya, akan menjadi penentu arah lanjutan tren risk-on di pasar kripto global.