Jakarta, 5 November 2025 — Harga Bitcoin (BTC) berpotensi turun ke level USD 72.000 atau sekitar Rp 1,20 miliar dalam satu hingga dua bulan ke depan jika gagal mempertahankan posisi di atas USD 100.000, menurut analisis perusahaan riset kripto CryptoQuant.
Berdasarkan data Coinmarketcap, harga Bitcoin turun 4,55% dalam 24 jam terakhir dan 9,72% dalam sepekan. Saat ini, BTC diperdagangkan di kisaran USD 101.882 atau Rp 1,7 miliar.
Kepala Riset CryptoQuant, Julio Moreno, menyebut penurunan ini mencerminkan permintaan yang terus melemah setelah peristiwa likuidasi besar pada 10 Oktober 2025, yang menghapus lebih dari USD 20 miliar posisi leverage. “Sejak itu, permintaan spot untuk Bitcoin terus berkontraksi,” ujarnya.
Moreno menambahkan, investor AS juga mengurangi permintaan terhadap Bitcoin, terlihat dari arus keluar ETF dan premi negatif di Coinbase. Kondisi pasar kripto pun disebut masih bearish sejak awal Oktober.
Sementara itu, analis dari Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, menilai penurunan di bawah USD 100.000 memang tak terelakkan pasca likuidasi besar tersebut. Meski begitu, ia memperkirakan Bitcoin tidak akan turun lebih dalam jika faktor makro dan geopolitik membaik, terutama dalam hubungan dagang AS–China.
Kepala Riset Pasar Global di Hasdex, Gerry O’Shea, menilai pelemahan Bitcoin juga dipicu oleh aksi jual dari pemegang jangka panjang, kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga, serta kondisi pasar saham yang melemah.
Namun, O’Shea menegaskan bahwa penurunan ini tidak mengubah prospek jangka panjang Bitcoin. “Tren adopsi institusional dan aliran ETF masih kuat, dan dengan potensi pelonggaran kebijakan moneter The Fed, BTC bisa mencapai rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan mendatang,” pungkasnya.