Tekanan jual kembali mendominasi pasar setelah Tom Lee, Head of Research di Fundstrat, mengungkap bahwa penurunan harga crypto dipicu oleh penarikan market maker.
Dalam kondisi ini, aset besar seperti Ethereum serta altcoin lainnya menjadi yang paling terdampak. Mengapa bisa demikian?
Market Maker Tarik Diri, Likuiditas Tercekik
Menurut Tom Lee, penyebab utama gejolak pasar bukan sekadar sentimen ritel, melainkan quantitative tightening versi crypto.
Momen ketika market maker menarik modalnya dari pasar untuk memperkuat neraca mereka. Aksi ini membuat likuiditas anjlok dan order book menjadi jauh lebih tipis dari biasanya.
Penarikan ini terjadi karena tekanan finansial internal yang membuat market maker mengurangi eksposur risiko. Dampaknya, pergerakan harga crypto menjadi lebih mudah terseret turun karena tidak ada cukup likuiditas untuk menahan tekanan jual dalam jumlah besar.
Ethereum Paling Terdampak, Volatilitas Semakin Tajam
Kondisi ini langsung memukul Ethereum, yang mengalami penurunan aktivitas on-chain dan penurunan volume perdagangan. Volatilitas meningkat tajam karena setiap perpindahan order kini berdampak lebih besar pada harga.
Tom Lee menegaskan bahwa pasar saat ini berada dalam mode “likuiditas rendah = volatilitas tinggi”. Jika likuiditas terus menurun, tekanan harga bisa bertahan lebih lama dan memperlambat pemulihan.
Pelajaran dari 2020: Likuiditas Bisa Kembali
Lee membandingkan situasi saat ini dengan krisis likuiditas tahun 2020, ketika pemain besar juga mundur sehingga pasar mengalami vacuum. Namun setelah itu, likuiditas kembali masuk, memicu pemulihan kuat.
Ia menilai peluang yang sama dapat terjadi lagi, terutama dengan meningkatnya minat institusi terhadap crypto sebagai collateral.
Lee menyebut adopsi oleh lembaga keuangan besar sebagai sinyal bullish jangka menengah, meski tekanan likuiditas jangka pendek masih menantang.