Jakarta – Tingginya volatilitas masih menjadi tantangan utama bagi investor kripto sepanjang 2025. Setelah sempat menembus level USD 125.000 pada Oktober lalu, harga Bitcoin kembali terkoreksi tajam hingga turun lebih dari USD 40.000, sebelum bergerak stabil di kisaran USD 88.000.
Kondisi ini mendorong investor untuk semakin mengandalkan strategi diversifikasi guna menekan risiko dan menjaga stabilitas portofolio. Kepala Riset Grayscale Investments, Zach Pandl, menyebut volatilitas merupakan karakteristik yang melekat pada kripto, namun aset digital tetap menarik sebagai instrumen alternatif dengan potensi imbal hasil berbeda dari aset konvensional.
Para penasihat keuangan menyarankan investor menyesuaikan porsi kripto dengan profil risikonya. Sebagai pedoman umum, alokasi kripto disarankan tidak lebih dari 5 persen dari total portofolio, bahkan bagi investor konservatif bisa berada di kisaran 1–3 persen. Sementara alokasi hingga 40 persen dinilai terlalu agresif bagi sebagian besar investor.
CEO Wave Digital Assets, David Siemer, menekankan pentingnya menyeimbangkan risiko kripto dengan aset lain seperti saham dan obligasi yang lebih defensif. Diversifikasi juga disarankan dilakukan di dalam ekosistem kripto, tidak hanya mengandalkan Bitcoin, tetapi juga aset lain seperti ether dan solana yang memiliki kegunaan berbeda.
Sejak disetujuinya ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat pada awal 2024, akses investor terhadap kripto semakin luas. Kini tersedia ETF dan dana indeks kripto yang menawarkan eksposur ke beberapa aset digital sekaligus, meski sebagian besar masih didominasi oleh Bitcoin dan ether.
Selain itu, strategi dollar cost averaging (DCA) dan rebalancing portofolio secara berkala dinilai efektif untuk meredam dampak fluktuasi harga ekstrem. Investor juga mulai melirik produk ETF dengan perlindungan penurunan nilai, meski dibarengi biaya pengelolaan yang lebih tinggi. WWBOLA
Ketua Digital Assets Council of Financial Advisors, Ric Edelman, menilai kripto kini semakin dipertimbangkan sebagai bagian strategis dalam portofolio jangka panjang, seiring bergesernya model investasi klasik. Namun, para pakar menegaskan bahwa disiplin, pemahaman produk, serta kesesuaian dengan profil risiko tetap menjadi kunci utama dalam berinvestasi di aset kripto.