The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan memasuki fase kebijakan baru pada 2026. Setelah memangkas suku bunga total 175 basis poin sejak September 2024, bank sentral AS menutup 2025 dengan suku bunga acuan di kisaran 3,50%–3,75%.
Arah berikutnya menjadi perhatian utama pasar, terutama terkait peluang pemangkasan lanjutan, kondisi likuiditas, dan dampaknya terhadap strategi investasi.
Melansir prediksi dari iShares by Blackrock, jalur kebijakan paling mungkin di 2026 adalah penurunan suku bunga secara terbatas menuju level mendekati 3%, dengan pendekatan yang tetap berhati-hati dan sangat bergantung pada data ekonomi.
Suku Bunga Diperkirakan Turun, Tapi Tidak Agresif
The Fed diprediksi berpeluang menahan suku bunga di awal 2026 sebelum melakukan satu hingga dua kali pemangkasan.
Target akhirnya berada di kisaran 3,00–3,25%. Proyeksi ini mencerminkan sikap Fed yang ingin menyeimbangkan dua mandat utamanya, yakni stabilitas harga dan kondisi tenaga kerja.
Inflasi hingga akhir 2025 masih berada di atas target 2%, sementara data ketenagakerjaan menunjukkan sinyal campuran.
Kondisi tersebut membuat ruang pelonggaran kebijakan tetap ada, namun tidak cukup kuat untuk mendorong pemangkasan agresif dalam waktu singkat.
Dot Plot Ungkap Perpecahan Sikap di Internal The Fed
Perbedaan sikap di dalam Federal Open Market Committee (FOMC) semakin terlihat melalui Summary of Economic Projections.
Pada proyeksi Desember 2025, perkiraan suku bunga jangka panjang Fed tersebar lebar. Kelompok yang lebih hawkish memperkirakan tingkat kebijakan bisa bertahan hingga 3,875%, sementara kubu dovish melihat potensi penurunan ke sekitar 2,625%.
Kondisi ini menegaskan bahwa arah kebijakan Fed di 2026 tidak berada dalam satu jalur yang benar-benar solid. Pasar diperkirakan akan merespons setiap rilis data inflasi dan tenaga kerja dengan sensitivitas tinggi.
Pergantian Ketua The Fed Berpotensi Ubah Arah Kebijakan 2026
Faktor lain yang menjadi sorotan adalah berakhirnya masa jabatan Jerome Powell pada Mei 2026. Proses transisi kepemimpinan berpotensi memengaruhi gaya komunikasi dan prioritas kebijakan moneter.
The Fed diperkirakan cenderung bersikap hati-hati di awal tahun. Setelah Ketua baru resmi menjabat, ruang penyesuaian kebijakan bisa terbuka lebih lebar, meski tetap dibatasi oleh perkembangan data ekonomi.
Likuiditas Mulai Dilonggarkan Lewat Perubahan Kebijakan Neraca
Selain suku bunga, kebijakan neraca Fed menjadi instrumen penting di 2026. Setelah memangkas neraca sebesar sekitar US$2,4 triliun sejak 2022, The Fed mulai mengubah pendekatan.
Mulai Desember 2025, Fed akan kembali menginvestasikan dana jatuh tempo ke Treasury dan T-bills.
Bahkan, bank sentral menyetujui pembelian surat utang jangka pendek dan obligasi hingga tenor tiga tahun dengan nilai maksimal US$40 miliar per bulan, setidaknya sampai April 2026.
Meski bukan quantitative easing, langkah ini berpotensi meningkatkan ketersediaan likuiditas dan meredakan tekanan di pasar keuangan.
Strategi Investasi di Tengah Transisi Kebijakan The Fed
Dengan arah kebijakan seperti ini, iShares melihat peluang investasi lebih banyak muncul di segmen obligasi tenor menengah atau belly of the curve.
Strategi pengelolaan risiko suku bunga, seperti bond laddering, dinilai relevan untuk menghadapi ketidakpastian arah kebijakan.
Di sisi lain, penurunan suku bunga yang bertahap membuka ruang bagi investor untuk mulai mengantisipasi perubahan siklus, tanpa mengabaikan risiko volatilitas yang masih mungkin muncul selama masa transisi.