Bitcoin (BTC) diperkirakan akan segera mengalami bounce teknikal. Namun menurut analis kripto VirtualBacon di media sosial X, pergerakan ini justru akan menjadi penentu arah pasar kripto untuk 12 bulan ke depan.
“Bounce itu sendiri tidak berarti apa-apa. Yang penting adalah ke mana harga memantul dan bagaimana reaksinya di resisten,” ungkap VirtualBacon.
Ia menilai banyak trader keliru membaca kondisi saat ini, terjebak antara euforia ‘bull market kembali’, atau sinisme ‘dead cat bounce’. Keduanya menurut VirtualBacon serupa, namun sama-sama meleset dari inti persoalan.
Tiga Lensa Analisis
VirtualBacon menggunakan kerangka yang sama yang ia terapkan di berbagai siklus sebelumnya, yakni menyelaraskan struktur siklus, fundamental, dan teknikal. Sinyal baru dianggap valid jika ketiganya sejalan.
1. Konteks Siklus: Tak Ada Blow-Off Top
Siklus kali ini sangat berbeda dari 2018 atau 2021. Bitcoin tidak pernah mengalami euforia puncak ekstrem sebelum breakdown. Sebaliknya, sepanjang 2025 BTC banyak berkonsolidasi di kisaran US$ 100.000.
Implikasinya besar:
- Moving average jangka panjang masih menanjak.
- 200-week SMA tetap naik.
- Resiko crash 70 – 80 persen sangat kecil.
2. Fundamental: Ada yang ‘Patah’ di Dalam Kripto
Secara makro, Bitcoin seharusnya menguat saat emas berada di ATH, SnP 500 mencetak rekor dan Global M2 kembali naik.
Namun BTC justru tertinggal. Menurut VirtualBacon, ini bukan kebetulan.
Ia merujuk pada 10 Oktober sebagai titik krusial, dimana:
- Altcoin anjlok 50 – 95 persen dalam satu jam.
- XRP turun -70 persen dalam satu candle.
- Lebih ekstrem daripada Covid dan FTX (per candle).
“Ini bukan panic retail,” ujarnya.
Dugaan paling masuk akal adalah kegagalan mekanisme likuiditas besar (market maker atau exchange), memicu likuidasi paksa di altcoin lalu menyeret BTC untuk menutup kerugian.
Pola serupa juga pernah terjadi pada 2022 (LUNA – hidden stress – FTX), di mana Bitcoin justru bottom lebih dulu sebelum berita terburuk muncul.
3. Peta Teknikal
Secara struktur, BTC masih mencetak higher lows. Selain itu, Low terbaru di US$ 80.000 bertahan di atas US$ 76.000 – US$ 77.000.
Dari sini, ada tiga skenario, yakni:
Skenario 1: Bounce akan menembus 500 week SMA dan mendorong harga di atas US$ 125.000.
Skenario 2: Bounce ke arah US$ 100.000 – US$ 102.000 akan menyebabkan stall di resisten dan memperatahankan higher lows bertahan.
“Inilah transisi sehat,” kata VirtualBacon.
Skenario 3: Bounce akan gagal dan harga akan turun ke bawah level US$ 76.000 – US$ 77.000, dan strukturnya akan rusak.
Level terpenting ada pada konvergensi 20-week dan 50-week SMA di US$ 100.000 – US$ 102.000. Sejarah menunjukkan zona ini menentukan break dan hold dan rejection.
Kendati demikian, VirtualBacon memposisikan diri untuk bounce dari high US$ 80.000 menuju US$ 100K.000 – US$ 102.000, lalu membiarkan reaksi harga menentukan langkah berikutnya.
“Jika kuat akan saya tahan. Jika lemah akan saya kurangi. Risiko jelas. Invalidasi jelas. Tidak menebak. Perhatikan reaksinya, bukan candlenya. Di situlah Anda tetap unggul,” pungkas VirtualBacon.