Tahun 2025 seharusnya menjadi momen kedewasaan kripto. Regulasi mulai jelas, produk institusional meluas, dan adopsi teknologi bergerak ke arus utama.
Namun bagi banyak pelaku industri, realitasnya justru terasa melelahkan, penuh tekanan, dan jauh dari ekspektasi.
Pasar memang sempat mencetak rekor. Total kapitalisasi kripto menembus $4 triliun, suplai stablecoin melampaui $300 miliar, dan adopsi dompet digital naik 20% secara tahunan. Tapi euforia itu tidak bertahan lama.
Reli Besar, Lalu Crash yang Menguras Sentimen
Paruh kedua 2025 menjadi titik balik. Pasar mengalami koreksi tajam yang oleh banyak media disebut sebagai Great Crypto Crash of 2025.
Puncaknya terjadi pada Oktober, ketika likuidasi harian mencapai $19 miliar, terbesar sepanjang sejarah kripto.
Dalam satu hari, Bitcoin turun ke sekitar $106.560, Ethereum ke $3.551, dan aset utama lain ikut tertekan. Rata-rata penurunan token mencapai 47%, lebih parah dibanding koreksi besar 2021.
Tekanan berlanjut hingga kuartal keempat. Bitcoin kini berada lebih dari 30% di bawah ATH Oktober, sementara indeks sentimen pasar jatuh ke zona extreme fear.
Total nilai pasar kripto menyusut sekitar $1 triliun dalam hitungan bulan.
Regulasi dan Infrastruktur Maju, Tapi Beban Makro Berat
Ironisnya, kejatuhan ini terjadi di tengah kemajuan struktural. Amerika Serikat mengesahkan GENIUS Act, membuka jalan regulasi stablecoin, dan memperjelas posisi kripto dalam sistem keuangan.
Produk ETF spot makin diterima sebagai bagian portofolio arus utama.
Namun tekanan makro mengimbangi semua itu. Suku bunga tinggi, ketegangan geopolitik, dan menurunnya daya beli membuat investor ritel kelelahan.
Banyak pelaku pasar masuk 2025 dengan ekspektasi bull run besar, tetapi yang terjadi justru dilusi altcoin, kelelahan modal, dan minat risiko yang menyusut.
Sejumlah ahli menilai kripto akhirnya “naik kelas” sebagai infrastruktur, tapi kehilangan energi spekulatif yang dulu mendorong reli cepat.
Stablecoin dan RWA Jadi Titik Terang di Tengah Tekanan
Di tengah kelelahan pasar, satu narasi tetap tumbuh konsisten, yakni stablecoin dan real-world assets (RWA).
Sepanjang 2025, transaksi stablecoin tercatat mencapai puluhan triliun dolar, menandakan pergeseran fokus dari spekulasi ke fungsi finansial nyata.
Tokenisasi surat utang pemerintah dan instrumen pasar uang juga berkembang pesat. Institusi mulai memanfaatkan blockchain bukan untuk sensasi harga, melainkan efisiensi, settlement cepat, dan manajemen likuiditas.
Bagi banyak analis, inilah wajah kripto 2025 yang sesungguhnya. Lebih matang, lebih terintegrasi, tapi jauh lebih berat secara psikologis bagi investor.